ANALISIS
KESALAHAN BERBAHASA PADA PIDATO BAHASA JAWA
“Pidato Ing
Dalem Acara Tasyakuran Ngenggeni Griyo Anyar”
karangan Ust.
Khoirur Rohim
Berbicara merupakan salah satu aspek
berbahasa. Dengan berbicara bisa berkomunikasi dengan orang lain. Dalam aspek
bahasa, berbicara bisa dilakukan secara lisan maupun tulis, apabila secara
lisan berarti adanya tindak tutur antara penutur dan mitra tutur. Sedangkan
berbicara secara tulis dapat berupa rekaman visual bisa salam bentuk huruf,
angka, tanda baca yang diperoleh dari bahasa lisan.
Salah satu bentuk bahasa lisan yang
dituliskan adalah pidato. Kebanyakan persiapan sebelum berpidato, pokok-pokok
pikiran yang akan disampaikan terlebih dahulu dituliskan dalam bentuk rangkaian
kata-kata agar nantinya tidak terjadi kesalahan dalam menyampaikan tujuan. Bahasa
lisan yang dituliskan seperti dalam pidato sangatlah berbeda, apabila sudah
masuk pada ragam tulis, harus memperhatikan tata tulis yang baik dan benar
terkecuali pada kalimat langsung. Baik buruknya tulisan tidak bisa dilihat
hanya dari isi, tetapi dilihat juga dari penulisannya. Masih banyak yang
melakukan kesalahan dalam penulisan teks pidato, khususnya pidato bahasa Jawa,
karena bahasa Jawa mempunyai tingkat tutur atau unggah-ungguh basa.
Tingkat tutur dalam bahasa Jawa merupakan bentuk kesopanan dalam berbahasa. Tingkat
tutur atau unggah-ungguh basa
dibedakan menjadi ngoko, krama dan krama alus. Kesalahan dalam penulisan
teks pidato bahasa Jawa umumnya terletak pada ejaan, pilihan diksi, fonologi,
morfologi, dan struktur kalimat.
Berdasarkan latar belakang di atas,
penulis akan merumuskan masalah yaitu apa sajakah kesalahan berbahasa dalam
teks pidato bahasa Jawa “Pidato Ing Dalem Acara Tasyakuran Ngenggeni Griyo
Anyar” dan bagaimana perbaikan setelah mengetahui keselahan tersebut?
Tujuan dari analisis ini adalah untuk
mendeskripsikan kesalahan-kesalahan dalam teks pidato tersebut agar dapat diperbaiki
kesalahannya.
Manfaat analisis ini diharapkan bisa
menjadi bahan bacaan bagi yang ingin melakukan analisis kesalahan berbahasa.
Kesalahan
berbahasa berkaitan dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa
pertama maupun pengajaran bahasa kedua. Sudah dapat dipastikan di mana
pengajaran bahasa berlangsung di situ terjadi kesalahan berbahasa. Dari sudut
pandang guru, kesalahan berbahasa dianggap sebagai penghalang mencapai keberhasilan
pengajaran. Semakin tinggi frekuensi kesalahan berbahasa yang dilakukan,
maka pengajaran bahasa dianggap gagal. Dari sudut pandang siswa kesalahan
berbahasa dianggap sebagai proses dalam pengajaran bahasa. Anggapan ini
dikemukakan oleh kaum pengikut pendekatan komunikatif. Oleh sebab itu pembelajaran
bahasa harus lebih disempurnakan agar siswa terhindar dari kesalahan
berbahasa tersebut. Tarigan dan Lilis (dalam Sari 2013: 26-27).
Kesalahan
berbahasa merupakan hal yang mungkin terjadi pada praktik berbahasa. Tarigan
dan
Lilis (1996) menyebutkan bahwa kesalahan berbahasa merupakan penggunaan bahasa
secara
lisan
maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan
kaidah
bahasa.
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kesalahan berbahasa merupakan
penggunaan
bahasa yang dilakukan oleh seseorang baik secara lisan maupun tulisan. Bentuk
kesalahan
berbahasa akan mudah ditemukan jika bahasa itu diwujudkan dalam bentuk tulisan.
Hal
ini
dikarenakan melalui tulisan suatu kesalahan dapat diketahui wujud dan bentuknya.
Analisis kesalahan berbahasa merupakan pengkajian
tentang segala aspek seluk beluk kesalahan berbahasa. Analisis kesalahan
menunjuk pada kegiatan menganalisis kesalahan berbahasa, menemukan,
mengidentifikasi, mendeskripsikan, menghitung frekuensi, dan menemukan sumber
kesalahan, Nurgiyantoro (1988:175). Menurut Tarigan (1996) menyatakan bahwa ada
lima langkah kerja analisis kesalahan berbahasa. Langkah tersebut adalah (1)
mengumpulkan sampel kesalahan, (2) mengidentifikasi kesalahan, (3) menjelaskan
kesalahan, (4) mengklasifikasi kesalahan, dan (5) mengevaluasi kesalahan.
Berdasarkan langkah kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa
adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti atau guru
bahasa yang meliputi kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi
kesalahan yang terdapat di dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasikan
kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan itu.
Ada
kesalahan berbahasa tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana, dan
semantik. Kesalahan berbahasa merupakan hal yang mungkin terjadi pada praktik
berbahasa. Tarigan dan Lilis (1996) menyebutkan bahwa kesalahan berbahasa
merupakan penggunaan bahasa secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari
faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa. Dari pendapat tersebut
dapat diketahui bahwa kesalahan berbahasa merupakan penggunaan bahasa yang
dilakukan oleh seseorang baik secara lisan maupun tulisan. Bentuk kesalahan
berbahasa akan mudah ditemukan jika bahasa itu diwujudkan dalam bentuk tulisan.
Hal ini dikarenakan melalui tulisan suatu kesalahan dapat diketahui wujud dan
bentuknya.
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, diksi adalah
pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaanya) untuk mengungkapkan
gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Kesalahan
berbahasa pada diksi merupakan kesalahan yang sering terjadi, baik dalam
tuturan langsung maaupun tertulis. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia secara bersamaan dalam suatu kalimat. Tarigan
(1996:22) menyebutkan bahwa kontak bahasa yang terjadi dalam diri dwibahasawan
menyebabkan saling pengaruh antara B1 dan B2.
Bahasa Jawa adalah bahasa yang mengenal adanya
tingkat tutur atau unggah-ungguh basa yaitu ngoko,
krama, dan krama alus. Pemilihan kata dalam unggah-ungguh basa bisa
menyebabkan kesalahan, oleh karena itu harus tepat dalam memilih kata, misalkan
pada teks berbahasa Jawa krama terdapat kata dipungawa Ibu, merupakan kesalahan diksi yang seharusnya diganti
dengan pilihan kata yang lain yaitu dipunbekta
Ibu.
Kesalahan ejaan berkaitan dengan bentuk penulisan
kata dan tanda baca. Kesalahan ejaan dapat menyebabkan terjadinya salah
pemahaman pada makna suatu kata atau kalimat. Kesalahan pada ejaan misalnya
dapat dilihat dari kalimat berikut:
Lurah kalisari
menika asmanipun Slamet riyadi.
Kalimat
diatas terdapat kesalahan yaitu terletak dalam penulisan huruf kapital. Dalam
buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf
Latin yang Disempurnakan”, kalimat tersebut seharusnya ditulis Lurah Kalisari menika asmanipun Slamet
Riyadi. Karena huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama
jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Kaidah penulisan ejaan bahasa Jawa yang benar
diatur dalam “Pedoman Umum
Penulisan
Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan”,
yang diterbitkan oleh Kanisius tahun
2006
dan berlaku hingga sekarang. Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan yang
dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya. Kaidah penulisan ejaan
yang disempurnakan meliputi enam aspek. Keenam aspek tersebut adalah:
a. pemakaian
huruf
b. pemenggalan
kata
c. pemakaian
huruf kapital, huruf miring dan huruf tebal
d. penulisan
kata
e. tanda
baca
f. penulisan
unsur serapan.
Fonologi merupakan ilmu yang menyelidiki dan
merumuskan secara teratur dan sistematis tentang hal dan ikhwal bunyi bahasa
beserta seluk-beluknya (Widodo. 2008:1). Kesalahan dalam tataran fonologi
sering terjadi baik itu karena perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, dan
salah penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Misalnya :
sopo
seharusnya sapa
kulo
seharusnya kula
tua seharusnya tuwa
tahun seharusnya taun
dada seharusnya dhadha
Morfologi
biasanya disebut dengan tata kata atau tata bentuk, merupakan kajian gramatikal
struktur internal kata (Kentjono dalam Handout Morfologi Lanjut Bahasa Jawa,
2013: 1). Morfologi memiliki kajian yang mencakup kata, bagian-bagian kata dan
pembentukan kata (Kridalaksana dalam Handout Morfologi Lanjut Bahasa Jawa,
2013: 1). Kesalahan berbahasa pada bidang morfologi sebagian besar berkaitan
dengan bahasa tulis. Kesalahan dalam tataran morfologi dapat diklasifikasikan
menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk
(Tarigan, 1996:132).
Misalnya
:
tak
jaluk seharusnya takjaluk
digawaake seharusnya digawakake
turuwa seharusnya turua
naga
sari seharusnya nagasari
Frasa
merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif (Kridalaksana 1987: 163), atau disebut juga gabungan kata yang
mengisi satu fungsi di dalam kalimat (Chaer 1994: 222). Dengan kata lain frasa
merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan 1987: 151). Ciri-ciri frasa adalah
(1) unsur terkecilnya adalah kata atau klitik, (2) selalu terdapat dalam satu
fungsi yaitu S saja, P saja, O saja, Pel saja, atau K saja, dan (3) bersifat
terbuka, dalam artian antara unsur-unsur langsungnya dapat disisipi kata
lainnya.
Kesalahan
berbahasa pada tataran frasa sering terjadi baik dalam bahasa lisan maupun bahasa
tulis. Kesalahan ini terjadi dikarenakan oleh pengaruh bahasa ibu, salah
susunan, berlebihan atau mubazir, penggunaan kata depan yang tidak tepat, dan
salah susunan (Tarigan, 1996:198). Berikut contoh kesalahan berbahasa dalam
tataran frasa:
frasa
telat teka seharusnya
teka telat,
frasa bengi mau seharusnya mau
bengi,
frasa banget gedhe seharusnya gedhe banget,
frasa sore sesuk seharusnya sesuk sore,
frasa omah Parmi seharusnya omahe Parmi
Klausa adalah satuan gramatik
yang terdiri atas unsur S, P baik disertai O, Pel, dan K ataupun tidak disertai
O, Pel, dan K (Ramlan 1987:89). Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun
demikian, S sering dihilangkan, misalnya dalam kalimat majemuk sebagai akibat
penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban atau perintah.
Kesalahan
berbahasa pada tataran klausa sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan
berbahasa pada tataran klausa disebabkan karena pengaruh bahasa ibu, penambahan preposisi,
penambahan kata kerja, perubahan kata kerja aktif menjadi pasif, penghilangan
kata, dan kerancuan.
Berikut ini contoh kesalahan berbahasa pada tataran klausa:
dipunuber-uber kancanipun seharusnya dipunuber-uber dening kancanipun
dipunjewer kancanipun seharusnya dipunjewer
dening kancanipun
percaya janjimu seharusnya percaya
marang janjimu
Secara
linguistik, kalimat mengacu pada kesatuan ujaran yang mampu berdiri sendiri
sehingga ucapan itu tidak berkonstruksi lagi dengan ujaran lainnya(Bloomfield
1993). Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
oleh tanda titik (.), seru (!), atau tanda tanya (?).
Kemampuan
bahasa tulis yang baik tidak hanya diukur dari ketepatan diksi dan ejaan. Hal lain
yang harus diperhatikan adalah penerapan struktur sesuai dengan kaidahnya.
Struktur yang dimaksud adalah struktur kalimat. Pada umumnya kalimat bahasa
Jawa terpengaruh oleh struktur kalimat dalam bahasa Indonesia. Kalimat akan
menjadi baik dan efektif jika struktur dalam kalimat tersebut benar. Misalnya
sebagai berikut.
Yen
kowe sinau basa, sinaune kudu tlaten lan kudu sregep latian. Seharusnya Yen
kowe sinau basa, kudu tlaten lan sregep sinau.
Aku sidane ora sida
lunga. Seharusnya Aku
ora sida lunga.
Saben dina Minggu,
desaku dianakane gugur gunung. Seharusnya Saben dina Minggu, desaku nganakake gugur gunung.
Kata wacana di dalam bahasa Jawa Baru itu diserap ke
dalam bahasa Indonesia menjadi ‘wacana’ yang berarti ‘komunikasi verbal,
percakapan’. Yang dimaksud dengan wacana adalah wacana utuh. Apa yang disebut
sebagai gugus kalimat, paragraf, pasal, subbab, bab, dan episode merupakan
bagian atau penggalan wacana. Wacana mencakup wacana lisan dan wacana tulis.
Wacana lisan disebut pula percakapan atau tuturan. Wacana tulis disebut pula
teks.
Wacana merupakan tataran terbesar dan tertinggi
dalam hierarki bahasa (Tarigan, 1996:362). Wacana dikatakan terlengkap karena
wacana mencakup tataran dibawahnya, yakni fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Wacana dibentuk oleh paragraf-paragraf. Dalam kenyataanya kita sering
menemukan paragraf yang tidak memiliki kesatuan yang utuh. Kalimat kalimat pembentuk
paragraf tersebut tidak merangkai sehingga tidak memperlihatkan kesatuan dan kepaduan.
Pada
bagian ini, akan dipaparkan tentang analisis kesalahan berbahasa yang terdapat
dalam teks pidato berjudul “Pidato Ing Dalem Acara Tasyakuran Ngenggeni Griyo
Anyar” yang meliputi kesalahan berbahasa pada diksi, ejaan, tataran fonologi,
morfologi, frasa, klausa dan kalimat.
Terdapat
kesalahan pada tataran diksi yaitu :
a. Kesalahan
dalam penggunakan ragam bahasa.
a) Langkung rumiyen monggo kito
sareng-sareng ngucapaken raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. (paragraf
3 kalimat ke-1)
Adanya
kesalahan berbahasa dalam ragam krama yaitu pada kata ‘ngucapaken’ yang seharusnya diganti menjadi ngaturaken. Kata ‘kito’ sebaiknya diganti kula lan
penjenengan sedaya.
b. Kesalahan
dalam pemilihan kata.
a) ...ingkang nggadah hajatan arupi tasyakuran
ngenggeni griyo anyar. (paragraf 3 kalimat ke-2).
Kata
‘nggadah’ seharusnya diganti menjadi
‘kagungan’ dan kata ‘ngenggeni’ alangkah
baiknya apabila dihilangkan.
b) Sedoyo undangan ingkang kulo
hormati. (paragraf 2)
Terdapat
kesalahan berbahasa pada tataran diksi yaitu pada kata ‘hormati’ seharusnya diganti kinurmatan.
c)
....niki
saget barokah, wonten manfaatipun lan ugi ndadosaken parekipun dumateng Allah.(paragraf
7 kalimat ke-1)
Ditemukan
pemilihan kata yang kurang tepat yaitu kata ‘parekipun’ yang bisa diganti menjadi celakipun.
d)
Kito
ugi kedah enget mbok belek bersyukur niku saget nambahi nikmat,...(paragraf
10 kalimat ke-3)
Pilihan
kata pada ‘nambahi’ kurang tepat,
seharusnya bisa diganti dengan muwuhi.
e) Mekaten sambutan kulo atas nami
saking bapak; .... (paragraf 12 kalimat ke-1)
Kesalahannya
terdapat pada kata ‘atas nami’ yang
seharusnya wakilipun.
f) Perlu sedoyo undangan sumerepi mbok
beleh bapak; ... wakdal niki raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt.
(paragraf 5 kalimat ke-1)
Terdapat
kesalahan dalam pemilihan kata yaitu kata ‘perlu’ seharusnya diganti dengan
kedah.
a. Kesalahan
pada Penulisan Huruf Kapital
a) Langkung rumiyen monggo kito
sareng-sareng ngucapaken raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. (paragraf
3 kalimat ke-1)
Terdapat
kesalahan penulisan huruf kapital yaitu pada kata ‘Allah swt’ yang seharusnya Allah Swt. Karena berdasarkan buku
pedoman umum ejaan bahasa Jawa huruf latin yang disempurnakan, huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama di dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan, kitab suci, dan agama termasuk kata ganti Tuhan.
b) Lajeng shalawat ugi salam mugiyo
tetep dipun paringaken dumateng nabi kito Muhammad saw., keluarganipun, poro
sahabatipun ugi kaun muslimin sedoyo ingkang purun ngelampahi ajaran Islam kanthi
estu lan leres. (paragraf 4 kalimat ke-1)
Terdapat
kesalahan penulisan huruf kapital yaitu pada kata ‘Muhammad saw’ seharusnya menjadi Muhammad Saw. Karena berdasarkan
buku pedoman umum ejaan bahasa Jawa huruf latin yang disempurnakan, huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama di dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan, kitab suci, dan agama termasuk kata ganti Tuhan.
c) ...wakdal niki kito sandugeni
undanganipun bapak... ingkang nggadah hajatan arupi tasyakuran ngenggeni griyo
anyar. (paragraf 3 kalimat ke-2)
Pada
kalimat di atas terdapat kesalahan penulisan huruf kapital yaitu kata ‘bapak’ seharusnya penulisannya menjasi
Bapak, karena akan diikuti dengan nama orang, misalnya dapat ditulis dengan
Bapak Slamet Riyadi. Sesuai dengan buku pedoman umum ejaan bahasa Jawa yakni
huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
b. Kesalahan
pada Penulisan Kata
a) Lajeng shalawat ugi salam mugiyo
tetep dipun paringaken dumateng nabi kito Muhammad saw.... (paragraf
4 kalimat ke-1)
Penulisan
kata ‘dipun paringaken’ seharusnya
ditulis gandeng menjadi dipunparingaken.
b) ....keranten nopo ingkang dipun arep-arepaken
kaliyan sekeluarga sakniki sampun dipun kabulaken.
(paragraf 5 kalimat ke- 2)
Penulisan
kata ‘dipun arep-arepaken’ seharusnya
digandeng menjadi dipunarep-arepaken, dan kata ‘dipun kabulaken’ menjadi dipunkabulaken.
c. Penulisan
Tanda Baca
Tanda koma (,)
a) Langkung rumiyen monggo kito
sareng-sareng ngucapaken raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. ingkang
sampun maringi nikmat lan hidayahipun sehinggo wakdal niki....(paragraf
3 kalimat ke-1)
Terdapat
kesalahan pada penulisan tanda (.) yang seharusnya menggunakan tanda baca koma
(,) setelah kata ‘Allah Swt”, seharusnya menjadi Langkung rumiyin mangga kula lan panjenengan sedaya sareng-sareng
ngaturaken puji syukur dhumateng ngarsanipun Allah Swt, ingkang sampun maringi
nikmat lan hidayahipun sahengga wekdal menika....
b) Lajeng shalawat ugi salam mugiyo
tetep dipun paringaken dumateng nabi kito Muhammad saw., keluarganipun, poro
sahabatipun ugi kaum muslimin sedoyo ingkang purun ngelampahi ajaran Islam
kanthi estu lan leres. (paragraf 4 kalimat ke-1)
Terdapat
kesalahan pada penulisan tanda (.) yang seharusnya menggunakan tanda baca koma
(,) menjadi Lajeng shalawat ugi salam
mugiya tansah dipunaturaken dhumateng nabi Muhammad Saw, kulawarganipun, para
sahabatipun ugi kaum muslim sedaya ingkang sampun kersa nglampahi ajaran Islam
kanthi saestu.
g) Sedoyo undangan ingkang kulo
hormati. (paragraf 2)
Kalimat
di atas terdapat kesalahan fonologi yaitu kata ‘sedoyo’ seharusnya diganti menjadi ‘sedaya’, ‘undangan’ diganti undhangan lan ‘kulo’ diganti kula.
h) Langkung rumiyen monggo kito
sareng-sareng ngucapaken raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. (paragraf
3 kalimat ke-1)
Kesalahan
berbahasa terdapat pada kata ‘rumiyen’
menjadi rumiyin, ‘dumateng’ seharusnya
dhumateng dan ‘ngersanipun’
seharusnya ditulis menjadi ngarsanipun.
i)
...wakdal
niki kito sandugeni undanganipun bapak... ingkang nggadah hajatan arupi
tasyakuran ngenggeni griyo anyar. (paragraf 3 kalimat
ke-2)
Kalimat
di atas terdapat kesalahan pada tataran fonologi yaitu kata ’wakdal’ seharusnya wekdal, ‘niki’ seharusnya menjadi menika.
j)
Lajeng
shalawat ugi salam mugiyo tetep dipun paringaken dumateng nabi kito Muhammad
saw., keluarganipun, poro sahabatipun ugi kaun muslimin sedoyo ingkang purun ngelampahi
ajaran Islam kanthi estu lan leres. (paragraf 4 kalimat
ke-1)
Terdapat
kesalahan pada tataran fonologi yaitu kata ‘mugiyo’
seharusnya menjadi mugiya, ‘dumateng’
menjadi dhumateng, ‘keluarganipun’
menjadi kulawarganipun, ‘poro’
seharusnya menjadi para.
k) Ingkang meniko dipun paringi saget
mbangun griyo ingkang sahe, kados mekaten niki. Lan semanten ugi raos
syukuripun bapak; .... sekeluarga, kito dipun undang kaperlu nderek tasyakuran
sareng-sareng. (Paragraf 6 baris ke 4)
Terdapat
kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi yaitu pada kata ‘meniko’ seharusnya ditulis menika, kata ‘saget’ seharusnya saged, kata ‘griyo’
seharusnya diganti griya, kata ‘sahe’ seharusnya sae dan kata ‘nderek’ seharusnya diganti ndherek.
a) Perlu sedoyo undangan sumerepi mbok
beleh bapak; ... wakdal niki raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt.
keranten nopo ingkang dipun arep-arepaken
kaliyan sekeluarga sakniki sampun dipun kabulaken (paragraf 6 kalimat ke-1)
Terdapat
kesalahan pada tataran morfologi yaitu kata ‘sekeluarga’ yang seharusnya sakulawarga dan ‘sakniki’ seharusnya menjadi samenika. Apabila terapkan ke dalam
kalimat menjadi Perlu sedaya undhangan
sumerepi mbokbilih Bapak;.... wekdal menika rumaos syukur dhumateng ngarsanipun
Allah Swt, keranten menapa ingkang dipunpangajabaken kaliyan sakulawarga
samenika sampun dipunkabulaken.
b) Lan semanten ugi raos syukuripun
bapak; .... sekeluarga, kito dipun undang kaperlu nderek tasyakuran
sareng-sareng. (paragraf 6 kalimat ke-4)
Kesalahan
terdapat pada kata ‘sareng-sareng’
yang bisa diganti dengan kata sesarengan sehingga apabila digunakan dalam
kalimat di atas menjadi Lan semanten ugi
rumaos syukuripun Bapak; ... sakulawarga, kula lan penjenengan sedaya
dipunundhang saperlu ndherek tasyakuran sesarengan.
a)
....niki
ugi saget barokah, wonten manfaatipun lan ugi ndadosaken ...(paragraf
7 kalimat ke-1)
Terdapat
kesalahan pada tataran frasa yaitu kata ‘ugi
saget barokah’ yang seharusnya diganti menjadi saged ugi barokah.
b) Kelawan tambahi nikmat niku ugi
saget nyaheni lelampahipun ugi amalan-amalan lintunipun.(paragraf
7 kalimat ke-2)
Kalimat
tersebut ada kesalahan dakam tataran frasa yakni kata ‘ugi saget nyaheni’ yang seharusnya diganti menjadi saged ugi
nyaheni.
6.
Analisis
Kesalahan Berbahasa pada Tataran Kalimat
Hampir
seluruh kalimat dipernaiki karena banyak kesalahan yang terdapat dalam teks
pidato tersebut.
Mekaten sambutan kulo atas nami
saking bapak; .... sekeluarga, mugiyo saget kito fahami, sehinggo kito saget
ugi ngamalaken ing dalem gesang kito saben dinten.
(paragraf 12)
Seharusnya:
Mekaten
atur pasugatan saking kula minangka wakil Bapak Slamet Riyadi sakulawarga,
nyuwun agunging pangaksami menawi wonten basa ingkang lepat lan basa ingkang
klentu, mugi kula lan panjenengan sedaya saged ngamalaken tumindak ingkang
langkung sae malih.
Analisis
kesalahan berbahasa pada tataran kalimat yang lain ada di teks setelah
diperbaiki.
Banyak
fonologi, morfologi, frasa, klausa yang kurang tepat dalam Teks Pidato Ing
Dalem Acara Tasyakuran Ngenggeni Griyo Anyar ini sehingga perlu adanya
perbaikan secara keseluruhan.
a) Pada
paragraf 8 seharusnya digabungkan ke paragraf 12 agar lebih padu.
Lan bapak; .... nyuwun agunge
pangapunten beleh wonten kekiranganipun, nopo niku arupi pasogatan lan
lintu-lintunipun. (paragraf 8)
Setelah
digabungkan ke paragraf 12 dan sudah diperbaiki.
Mekaten
atur pasugatan saking kula minangka wakil Bapak Slamet Riyadi sakulawarga,
nyuwun agunging pangaksami menawi wonten basa ingkang lepat lan basa ingkang
klentu, mugi kula lan panjenengan sedaya saged ngamalaken tumindak ingkang
langkung sae malih.
b) Pada
paragraf 5 agar lebih efektif sebaiknya di ringkas.
Sedoyo udangan ingkang kulo
hormati.( paragraf 5 )
Setelah
diperbaiki hasilnya menjadi :
Para rawuh sedaya, kedah dipunmangertosi mbokbilih Bapak Slamet Riyadi
ing wekdal menika rumaos syukur dhumateng ngarsanipun Allah Swt, amargi ingkang
dipunkersakaken dening panjenenganipun lan kulawarganipun samenika sampun
kalampahan inggih menika saged mbangun griya enggal.
PIDATO ING DALEM ACARA
TASYAKURAN NGENGGENI GRIYO ANYAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Sedoyo undangan ingkang kulo
hormati.
Langkung rumiyen monggo kito sareng-sareng
ngucapaken raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. ingkang sampun maringi
nikmat lan hidayahipun sehinggo wakdal niki kito sandugeni undanganipun bapak;
.... ingkang nggadah hajatan arupi tasyakuran ngenggeni griyo anyar..
Lajeng shalawat ugi salam mugiyo
tetep dipun paringaken dumateng nabi kito Muhammad saw., keluarganipun, poro
sahabatipun ugi kaun muslimin sedoyo ingkang purun ngelampahi ajaran Islam
kanthi estu lan leres. Mugiyo kito sedoyo dados umat beliau ingkang purun
ngelampahi ajaran Islam kelawan estu-estu lan leres.
Sedoyo udangan ingkang kulo hormati.
Perlu sedoyo undangan sumerepi mbok
beleh bapak; ... wakdal niki raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. keranten
nopo ingkang dipun arep-arepaken kaliyan sekeluarga sakniki sampun dipun
kabulaken. Inggih meniko dipun paringi saget mbangun griyo ingkang sahe, kados
mekaten niki. Lan semanten ugi raos syukuripun bapak; .... sekeluarga, kito
dipun undang kaperlu nderek tasyakuran sareng-sareng.
Pramila saking niku bapak; ....
nyuwun do’a restunipun dumateng penjenengan sedoyo, mugiyo nikmat ingkang dipun
terami bapak; .... niki saget barokah, wonten manfaatipun lan ugi ndadosaken
parekipun dumateng Allah. Kelawan tambahi nikmat niku ugi saget nyaheni
lelampahipun ugi amalan-amalan lintunipun.
Lan bapak; .... nyuwun agunge
pangapunten beleh wonten kekiranganipun, nopo niku arupi pasogatan lan
lintu-lintunipun.
Sedoyo undangan ingkang kulo
hormati.
Kulo lan panjenengan sedoyo meniko
kedah senantiasa raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. ingkang sampun
maringi pinten-pinten nikmat. Kito ugi kedah enget mbok belek bersyukur niku
saget nambahi nikmat, maksudipun sinten ingkang raos syukur dumateng
ngersanipun Allah, milo saking niku bakal ditambah dening Allah swt. lan kito
kedah enget mbok beleh kito dipun larang kufur nikmat. Syukur dateng nikmat
ingkang dipun paringaken allah, niku mboten cekap diucapaken mawon, ananging
kito kedah buktekaken kelawan perbuatan lan lelampahan ingkang dipun perintah
Allah.
Undangan sedoyo ingkang kulo
hormati.
Mekaten sambutan kulo atas nami
saking bapak; .... sekeluarga, mugiyo saget kito fahami, sehinggo kito saget
ugi ngamalaken ing dalem gesang kito saben dinten.
Akhirul
Kalaam. Ihdinash Shiraathak Mustaqiim. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakaatuh.
PIDATO ADICARA
TASYAKURAN GRIYA ENGGAL
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sedaya para rawuh ingkang dhahat
kinurmatan.
Langkung rumiyin sumangga kula
dherekaken puji syukur dhumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Agung, ingkang
sampun paring kanikmatan lan hidayahipun sahengga ing wekdal menika kula lan
panjenengan sedaya saged nglampahi ulemanipun Bapak Slamet Riyadi minangka
kagungan hajat tasyakuran griya enggal.
Shalawat saha salam mugi tansah
dipunaturaken dhumateng Nabi Muhammad Saw sumrambah kulawarga, para sahabat lan
mugi lumeber dhumateng sedaya kaum muslimin ingkang sampun kersa nindakaken
ajaran ugi sunnah-sunnahipun.
Para rawuh sedaya, kedah dipunmangertosi
mbokbilih Bapak Slamet Riyadi ing wekdal menika rumaos syukur dhumateng
ngarsanipun Allah Swt, amargi ingkang dipunkersakaken dening panjenenganipun
lan kulawarganipun samenika sampun kalampahan inggih menika saged mbangun griya
enggal.
Pramila, Bapak Slamet riyadi nyuwun
donga pangestunipun kaliyan para rawuh, mugi-mugi nikmat menika saged barokah,
migunani lan ndandosaken celakipun dhumateng Gusti Ingkang Maha Kuwasa.
Kula lan penjengan sedaya kedah
ngunjukaken puji syukur wonten ngarsa dalem Allah Swt amargi saking syukur
menika saged muwuhi kanikmatan. Pramila mboten pareng kufur nikmat. Syukur
dhateng nikmat mboten namung dipunlesanaken kemawon, ananging ugi kedah
dipuntumindakaken.
Para rawuh kakung saha putri ingkang
tuhu kinurmatan.
Mekaten atur pasugatan saking kula
minangka sesulih Bapak Slamet Riyadi sakulawarga, nyuwun agunging pangaksami
menawi wonten basa ingkang klentu lan mranani ing penggalih, mugi kula lan
panjenengan sedaya saged ngamalaken tumindak ingkang langkung sae malih. Aamiin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Berdasarkan
hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pada teks pidato “Pidato Ing
Dalem Acara Tasyakuran Ngenggeni Griyo Anyar karangan Ust. Khoirur Rohim
terdapat bentuk kesalahan berbahasa. Jenis kesalahan berbahasa yang ada terdiri
atas kesalahan dalam tataran diksi, ejaan, dan struktur. Kesalahan diksi
terjadi pada penggunaan ragam bahasa atau unggah-ungguh dan pemilihan kata atau
makna yang sesuai. Kesalahan ejaan terdapat pada penulisan huruf kapital,
penulisan tanda baca. Pada kesalahan struktur, terjadi pada tataran fonologi,
morfologi, frasa, klausa, kalimat serta wacana. Kesalahan yang paling dominan
terletak pada kesalahan tataran fonologi dan kesalahan pada diksi.
Menurut
penganalisis, saran yang bisa diberikan adalah bagi para peneliti analisis
kesalahan berbahasa, harus lebih teliti lagi dalam menganalisis sebaiknya
dengan memperhatikan kaidah penulisan bahasa yang baik dan benar. Agar dapat
menulis dengan sedikit kesalahan khususnya sesuai tingkat tutur alangkah
baiknya rajin membaca kamus, pedoman ejaan dan berlatih secara terus menerus.
3.
Balai
Bahasa Yogyakarta. 2006. Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan. Yogyakarta: Kanisius.
http://bangbohek.blogspot.com/2012/07menganalisis-kesalahan-berbahasa-pada-n.html?m=1
Kurniati,
Endang. 2008. Sintaksis Bahasa Jawa.
Semarang: Griya Jawi.
Rohim,
Khoirur. 2003. Pedoman Praktis MC &
Pidato Berbahasa Jawa: Dalam Berbagai Acara. Surabaya: Pustaka Agung
Harapan.
Sudarmanto.
2008. Kamus Lengkap Bahasa Jawa: Jawa – Indonesia,
Indonesia – Jawa. Semarang: Widya Karya.
Sukoyo,
Joko. 2013. Kamus Bahasa Jawa.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Wiyoto.
2014. Renggeping Wicara. Yogyakarta:
Maharsa.