sugeng rawuh

wonten blog sinau basa jawa :)

BATIK

Batik khas Pachitan motif Sidomulyo

PANDAWA LIMA

Puntadewa, Werkudara, Janaka, Nakula, Sadewa

Aksara Jawa

HANACARAKA

GAMELAN

Gong, Kendhang, Bonang, Kenong, Demung, Slenthem, Kethuk, Saron

Tuesday, August 4, 2015

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PIDATO BAHASA JAWA





Berbicara merupakan salah satu aspek berbahasa. Dengan berbicara bisa berkomunikasi dengan orang lain. Dalam aspek bahasa, berbicara bisa dilakukan secara lisan maupun tulis, apabila secara lisan berarti adanya tindak tutur antara penutur dan mitra tutur. Sedangkan berbicara secara tulis dapat berupa rekaman visual bisa salam bentuk huruf, angka, tanda baca yang diperoleh dari bahasa lisan.
Salah satu bentuk bahasa lisan yang dituliskan adalah pidato. Kebanyakan persiapan sebelum berpidato, pokok-pokok pikiran yang akan disampaikan terlebih dahulu dituliskan dalam bentuk rangkaian kata-kata agar nantinya tidak terjadi kesalahan dalam menyampaikan tujuan. Bahasa lisan yang dituliskan seperti dalam pidato sangatlah berbeda, apabila sudah masuk pada ragam tulis, harus memperhatikan tata tulis yang baik dan benar terkecuali pada kalimat langsung. Baik buruknya tulisan tidak bisa dilihat hanya dari isi, tetapi dilihat juga dari penulisannya. Masih banyak yang melakukan kesalahan dalam penulisan teks pidato, khususnya pidato bahasa Jawa, karena bahasa Jawa mempunyai tingkat tutur atau unggah-ungguh basa. Tingkat tutur dalam bahasa Jawa merupakan bentuk kesopanan dalam berbahasa. Tingkat tutur atau unggah-ungguh basa dibedakan menjadi ngoko, krama dan krama alus. Kesalahan dalam penulisan teks pidato bahasa Jawa umumnya terletak pada ejaan, pilihan diksi, fonologi, morfologi, dan struktur kalimat.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan merumuskan masalah yaitu apa sajakah kesalahan berbahasa dalam teks pidato bahasa Jawa “Pidato Ing Dalem Acara Tasyakuran Ngenggeni Griyo Anyar” dan bagaimana perbaikan setelah mengetahui keselahan tersebut?
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan kesalahan-kesalahan dalam teks pidato tersebut agar dapat diperbaiki kesalahannya.
Manfaat analisis ini diharapkan bisa menjadi bahan bacaan bagi yang ingin melakukan analisis kesalahan berbahasa.

Kesalahan berbahasa berkaitan dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran bahasa kedua. Sudah dapat dipastikan di mana pengajaran bahasa berlangsung di situ terjadi kesalahan berbahasa. Dari sudut pandang guru, kesalahan berbahasa dianggap sebagai penghalang mencapai keberhasilan pengajaran. Semakin tinggi frekuensi kesalahan berbahasa yang dilakukan, maka pengajaran bahasa dianggap gagal. Dari sudut pandang siswa kesalahan berbahasa dianggap sebagai proses dalam pengajaran bahasa. Anggapan ini dikemukakan oleh kaum pengikut pendekatan komunikatif. Oleh sebab itu pembelajaran bahasa harus lebih disempurnakan agar siswa terhindar dari kesalahan berbahasa tersebut. Tarigan dan Lilis (dalam Sari 2013: 26-27).
Kesalahan berbahasa merupakan hal yang mungkin terjadi pada praktik berbahasa. Tarigan dan Lilis (1996) menyebutkan bahwa kesalahan berbahasa merupakan penggunaan bahasa secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kesalahan berbahasa merupakan penggunaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang baik secara lisan maupun tulisan. Bentuk kesalahan berbahasa akan mudah ditemukan jika bahasa itu diwujudkan dalam bentuk tulisan. Hal ini dikarenakan melalui tulisan suatu kesalahan dapat diketahui wujud dan bentuknya.
Analisis kesalahan berbahasa merupakan pengkajian tentang segala aspek seluk beluk kesalahan berbahasa. Analisis kesalahan menunjuk pada kegiatan menganalisis kesalahan berbahasa, menemukan, mengidentifikasi, mendeskripsikan, menghitung frekuensi, dan menemukan sumber kesalahan, Nurgiyantoro (1988:175). Menurut Tarigan (1996) menyatakan bahwa ada lima langkah kerja analisis kesalahan berbahasa. Langkah tersebut adalah (1) mengumpulkan sampel kesalahan, (2) mengidentifikasi kesalahan, (3) menjelaskan kesalahan, (4) mengklasifikasi kesalahan, dan (5) mengevaluasi kesalahan. Berdasarkan langkah kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti atau guru bahasa yang meliputi kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat di dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasikan kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan itu.



Ada kesalahan berbahasa tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana, dan semantik. Kesalahan berbahasa merupakan hal yang mungkin terjadi pada praktik berbahasa. Tarigan dan Lilis (1996) menyebutkan bahwa kesalahan berbahasa merupakan penggunaan bahasa secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kesalahan berbahasa merupakan penggunaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang baik secara lisan maupun tulisan. Bentuk kesalahan berbahasa akan mudah ditemukan jika bahasa itu diwujudkan dalam bentuk tulisan. Hal ini dikarenakan melalui tulisan suatu kesalahan dapat diketahui wujud dan bentuknya.
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaanya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Kesalahan berbahasa pada diksi merupakan kesalahan yang sering terjadi, baik dalam tuturan langsung maaupun tertulis. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia secara bersamaan dalam suatu kalimat. Tarigan (1996:22) menyebutkan bahwa kontak bahasa yang terjadi dalam diri dwibahasawan menyebabkan saling pengaruh antara B1 dan B2.
Bahasa Jawa adalah bahasa yang mengenal adanya tingkat tutur atau unggah-ungguh basa yaitu ngoko, krama, dan krama alus. Pemilihan kata dalam unggah-ungguh basa bisa menyebabkan kesalahan, oleh karena itu harus tepat dalam memilih kata, misalkan pada teks berbahasa Jawa krama terdapat kata dipungawa Ibu, merupakan kesalahan diksi yang seharusnya diganti dengan pilihan kata yang lain yaitu dipunbekta Ibu.
Kesalahan ejaan berkaitan dengan bentuk penulisan kata dan tanda baca. Kesalahan ejaan dapat menyebabkan terjadinya salah pemahaman pada makna suatu kata atau kalimat. Kesalahan pada ejaan misalnya dapat dilihat dari kalimat berikut:
 Lurah kalisari menika asmanipun Slamet riyadi.
Kalimat diatas terdapat kesalahan yaitu terletak dalam penulisan huruf kapital. Dalam buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan”, kalimat tersebut seharusnya ditulis Lurah Kalisari menika asmanipun Slamet Riyadi. Karena huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.  Kaidah penulisan ejaan bahasa Jawa yang benar diatur dalam “Pedoman Umum Penulisan
Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan”, yang diterbitkan oleh Kanisius tahun
2006 dan berlaku hingga sekarang. Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya. Kaidah penulisan ejaan yang disempurnakan meliputi enam aspek. Keenam aspek tersebut adalah:
a.       pemakaian huruf
b.      pemenggalan kata
c.       pemakaian huruf kapital, huruf miring dan huruf tebal
d.      penulisan kata
e.       tanda baca
f.       penulisan unsur serapan.
Fonologi merupakan ilmu yang menyelidiki dan merumuskan secara teratur dan sistematis tentang hal dan ikhwal bunyi bahasa beserta seluk-beluknya (Widodo. 2008:1). Kesalahan dalam tataran fonologi sering terjadi baik itu karena perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, dan salah penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Misalnya :
sopo                 seharusnya                   sapa
kulo                 seharusnya                   kula
tua                   seharusnya                   tuwa
tahun               seharusnya                   taun
dada                seharusnya                   dhadha
Morfologi biasanya disebut dengan tata kata atau tata bentuk, merupakan kajian gramatikal struktur internal kata (Kentjono dalam Handout Morfologi Lanjut Bahasa Jawa, 2013: 1). Morfologi memiliki kajian yang mencakup kata, bagian-bagian kata dan pembentukan kata (Kridalaksana dalam Handout Morfologi Lanjut Bahasa Jawa, 2013: 1). Kesalahan berbahasa pada bidang morfologi sebagian besar berkaitan dengan bahasa tulis. Kesalahan dalam tataran morfologi dapat diklasifikasikan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk (Tarigan, 1996:132).
Misalnya :
            tak jaluk           seharusnya                   takjaluk
            digawaake       seharusnya                   digawakake
            turuwa             seharusnya                   turua
            naga sari         seharusnya                   nagasari
Frasa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (Kridalaksana 1987: 163), atau disebut juga gabungan kata yang mengisi satu fungsi di dalam kalimat (Chaer 1994: 222). Dengan kata lain frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan 1987: 151). Ciri-ciri frasa adalah (1) unsur terkecilnya adalah kata atau klitik, (2) selalu terdapat dalam satu fungsi yaitu S saja, P saja, O saja, Pel saja, atau K saja, dan (3) bersifat terbuka, dalam artian antara unsur-unsur langsungnya dapat disisipi kata lainnya.
Kesalahan berbahasa pada tataran frasa sering terjadi baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis. Kesalahan ini terjadi dikarenakan oleh pengaruh bahasa ibu, salah susunan, berlebihan atau mubazir, penggunaan kata depan yang tidak tepat, dan salah susunan (Tarigan, 1996:198). Berikut contoh kesalahan berbahasa dalam tataran frasa:
frasa telat teka             seharusnya       teka telat,
frasa bengi mau           seharusnya       mau bengi,
frasa banget gedhe      seharusnya       gedhe banget,
frasa sore sesuk           seharusnya       sesuk sore,
frasa omah Parmi       seharusnya       omahe Parmi
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas unsur S, P baik disertai O, Pel, dan K ataupun tidak disertai O, Pel, dan K (Ramlan 1987:89). Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S sering dihilangkan, misalnya dalam kalimat majemuk sebagai akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban atau perintah.
Kesalahan berbahasa pada tataran klausa sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan berbahasa pada tataran klausa disebabkan karena pengaruh bahasa ibu, penambahan preposisi, penambahan kata kerja, perubahan kata kerja aktif menjadi pasif, penghilangan kata, dan kerancuan. Berikut ini contoh kesalahan berbahasa pada tataran klausa:
dipunuber-uber kancanipun   seharusnya       dipunuber-uber dening kancanipun
dipunjewer kancanipun           seharusnya       dipunjewer dening kancanipun
percaya janjimu                      seharusnya       percaya marang janjimu
Secara linguistik, kalimat mengacu pada kesatuan ujaran yang mampu berdiri sendiri sehingga ucapan itu tidak berkonstruksi lagi dengan ujaran lainnya(Bloomfield 1993). Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri oleh tanda titik (.), seru (!), atau tanda tanya (?).
Kemampuan bahasa tulis yang baik tidak hanya diukur dari ketepatan diksi dan ejaan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah penerapan struktur sesuai dengan kaidahnya. Struktur yang dimaksud adalah struktur kalimat. Pada umumnya kalimat bahasa Jawa terpengaruh oleh struktur kalimat dalam bahasa Indonesia. Kalimat akan menjadi baik dan efektif jika struktur dalam kalimat tersebut benar. Misalnya sebagai berikut.
Yen kowe sinau basa, sinaune kudu tlaten lan kudu sregep latian.     Seharusnya      Yen kowe sinau basa, kudu tlaten lan sregep sinau.
Aku sidane ora sida lunga. Seharusnya Aku ora sida lunga.
Saben dina Minggu, desaku dianakane gugur gunung. Seharusnya Saben dina Minggu, desaku nganakake gugur gunung.

Kata wacana di dalam bahasa Jawa Baru itu diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘wacana’ yang berarti ‘komunikasi verbal, percakapan’. Yang dimaksud dengan wacana adalah wacana utuh. Apa yang disebut sebagai gugus kalimat, paragraf, pasal, subbab, bab, dan episode merupakan bagian atau penggalan wacana. Wacana mencakup wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan disebut pula percakapan atau tuturan. Wacana tulis disebut pula teks.
Wacana merupakan tataran terbesar dan tertinggi dalam hierarki bahasa (Tarigan, 1996:362). Wacana dikatakan terlengkap karena wacana mencakup tataran dibawahnya, yakni fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Wacana dibentuk oleh paragraf-paragraf. Dalam kenyataanya kita sering menemukan paragraf yang tidak memiliki kesatuan yang utuh. Kalimat kalimat pembentuk paragraf tersebut tidak merangkai sehingga tidak memperlihatkan kesatuan dan kepaduan.



Pada bagian ini, akan dipaparkan tentang analisis kesalahan berbahasa yang terdapat dalam teks pidato berjudul “Pidato Ing Dalem Acara Tasyakuran Ngenggeni Griyo Anyar” yang meliputi kesalahan berbahasa pada diksi, ejaan, tataran fonologi, morfologi, frasa, klausa dan kalimat.
Terdapat kesalahan pada tataran diksi yaitu :
a.       Kesalahan dalam penggunakan ragam bahasa.
a)      Langkung rumiyen monggo kito sareng-sareng ngucapaken raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. (paragraf 3 kalimat ke-1)
Adanya kesalahan berbahasa dalam ragam krama yaitu pada kata ‘ngucapaken’ yang seharusnya diganti menjadi ngaturaken. Kata ‘kito’ sebaiknya diganti kula lan penjenengan sedaya.
b.      Kesalahan dalam pemilihan kata.
a)      ...ingkang nggadah hajatan arupi tasyakuran ngenggeni griyo anyar. (paragraf 3 kalimat ke-2).
Kata ‘nggadah’ seharusnya diganti menjadi ‘kagungan’ dan kata ‘ngenggeni’ alangkah baiknya apabila dihilangkan.
b)      Sedoyo undangan ingkang kulo hormati. (paragraf 2)
Terdapat kesalahan berbahasa pada tataran diksi yaitu pada kata ‘hormati’ seharusnya diganti kinurmatan.
c)      ....niki saget barokah, wonten manfaatipun lan ugi ndadosaken parekipun dumateng Allah.(paragraf 7 kalimat ke-1)
Ditemukan pemilihan kata yang kurang tepat yaitu kata ‘parekipun’ yang bisa diganti menjadi celakipun.
d)      Kito ugi kedah enget mbok belek bersyukur niku saget nambahi nikmat,...(paragraf 10 kalimat ke-3)
Pilihan kata pada ‘nambahi’ kurang tepat, seharusnya bisa diganti dengan muwuhi.
e)      Mekaten sambutan kulo atas nami saking bapak; .... (paragraf 12 kalimat ke-1)
Kesalahannya terdapat pada kata ‘atas nami’ yang seharusnya wakilipun.
f)       Perlu sedoyo undangan sumerepi mbok beleh bapak; ... wakdal niki raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. (paragraf 5 kalimat ke-1)
Terdapat kesalahan dalam pemilihan kata yaitu kata ‘perlu’ seharusnya diganti dengan kedah.

a.       Kesalahan pada Penulisan Huruf Kapital
a)      Langkung rumiyen monggo kito sareng-sareng ngucapaken raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. (paragraf 3 kalimat ke-1)
Terdapat kesalahan penulisan huruf kapital yaitu pada kata ‘Allah swt’ yang seharusnya Allah Swt. Karena berdasarkan buku pedoman umum ejaan bahasa Jawa huruf latin yang disempurnakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama di dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci, dan agama termasuk kata ganti Tuhan.
b)      Lajeng shalawat ugi salam mugiyo tetep dipun paringaken dumateng nabi kito Muhammad saw., keluarganipun, poro sahabatipun ugi kaun muslimin sedoyo ingkang purun ngelampahi ajaran Islam kanthi estu lan leres. (paragraf 4 kalimat ke-1)
Terdapat kesalahan penulisan huruf kapital yaitu pada kata ‘Muhammad saw’ seharusnya menjadi Muhammad Saw. Karena berdasarkan buku pedoman umum ejaan bahasa Jawa huruf latin yang disempurnakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama di dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci, dan agama termasuk kata ganti Tuhan.
c)      ...wakdal niki kito sandugeni undanganipun bapak... ingkang nggadah hajatan arupi tasyakuran ngenggeni griyo anyar. (paragraf 3 kalimat ke-2)
Pada kalimat di atas terdapat kesalahan penulisan huruf kapital yaitu kata ‘bapak’ seharusnya penulisannya menjasi Bapak, karena akan diikuti dengan nama orang, misalnya dapat ditulis dengan Bapak Slamet Riyadi. Sesuai dengan buku pedoman umum ejaan bahasa Jawa yakni huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
b.      Kesalahan pada Penulisan Kata
a)      Lajeng shalawat ugi salam mugiyo tetep dipun paringaken dumateng nabi kito Muhammad saw.... (paragraf 4 kalimat ke-1)
Penulisan kata ‘dipun paringaken’ seharusnya ditulis gandeng menjadi dipunparingaken.
b)      ....keranten nopo ingkang dipun arep-arepaken kaliyan sekeluarga sakniki sampun dipun kabulaken. (paragraf 5 kalimat ke- 2)
Penulisan kata ‘dipun arep-arepaken’ seharusnya digandeng menjadi dipunarep-arepaken, dan kata ‘dipun kabulaken’ menjadi dipunkabulaken.
c.       Penulisan Tanda Baca
Tanda koma (,)
a)      Langkung rumiyen monggo kito sareng-sareng ngucapaken raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. ingkang sampun maringi nikmat lan hidayahipun sehinggo wakdal niki....(paragraf 3 kalimat ke-1)
Terdapat kesalahan pada penulisan tanda (.) yang seharusnya menggunakan tanda baca koma (,) setelah kata ‘Allah Swt”, seharusnya menjadi Langkung rumiyin mangga kula lan panjenengan sedaya sareng-sareng ngaturaken puji syukur dhumateng ngarsanipun Allah Swt, ingkang sampun maringi nikmat lan hidayahipun sahengga wekdal menika....
b)      Lajeng shalawat ugi salam mugiyo tetep dipun paringaken dumateng nabi kito Muhammad saw., keluarganipun, poro sahabatipun ugi kaum muslimin sedoyo ingkang purun ngelampahi ajaran Islam kanthi estu lan leres. (paragraf 4 kalimat ke-1)
Terdapat kesalahan pada penulisan tanda (.) yang seharusnya menggunakan tanda baca koma (,) menjadi Lajeng shalawat ugi salam mugiya tansah dipunaturaken dhumateng nabi Muhammad Saw, kulawarganipun, para sahabatipun ugi kaum muslim sedaya ingkang sampun kersa nglampahi ajaran Islam kanthi saestu.

g)      Sedoyo undangan ingkang kulo hormati. (paragraf 2)
Kalimat di atas terdapat kesalahan fonologi yaitu kata ‘sedoyo’ seharusnya diganti menjadi ‘sedaya’, ‘undangan’ diganti undhangan lan ‘kulo’ diganti kula.
h)      Langkung rumiyen monggo kito sareng-sareng ngucapaken raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. (paragraf 3 kalimat ke-1)
Kesalahan berbahasa terdapat pada kata ‘rumiyen’ menjadi rumiyin, ‘dumateng’ seharusnya dhumateng dan ‘ngersanipun’ seharusnya ditulis menjadi ngarsanipun.
i)        ...wakdal niki kito sandugeni undanganipun bapak... ingkang nggadah hajatan arupi tasyakuran ngenggeni griyo anyar. (paragraf 3 kalimat ke-2)
Kalimat di atas terdapat kesalahan pada tataran fonologi yaitu kata ’wakdal’ seharusnya wekdal, ‘niki’ seharusnya menjadi menika.
j)        Lajeng shalawat ugi salam mugiyo tetep dipun paringaken dumateng nabi kito Muhammad saw., keluarganipun, poro sahabatipun ugi kaun muslimin sedoyo ingkang purun ngelampahi ajaran Islam kanthi estu lan leres. (paragraf 4 kalimat ke-1)
Terdapat kesalahan pada tataran fonologi yaitu kata ‘mugiyo’ seharusnya menjadi mugiya, ‘dumateng’ menjadi dhumateng, ‘keluarganipun’ menjadi kulawarganipun, ‘poro’ seharusnya menjadi para.
k)      Ingkang meniko dipun paringi saget mbangun griyo ingkang sahe, kados mekaten niki. Lan semanten ugi raos syukuripun bapak; .... sekeluarga, kito dipun undang kaperlu nderek tasyakuran sareng-sareng. (Paragraf 6 baris ke 4)
Terdapat kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi yaitu pada kata ‘meniko’ seharusnya  ditulis menika, kata ‘saget’ seharusnya saged, kata ‘griyo’ seharusnya diganti griya, kata  sahe’ seharusnya sae dan kata ‘nderek’ seharusnya diganti ndherek.

a)      Perlu sedoyo undangan sumerepi mbok beleh bapak; ... wakdal niki raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. keranten nopo ingkang dipun arep-arepaken kaliyan sekeluarga sakniki sampun dipun kabulaken (paragraf 6 kalimat ke-1)
Terdapat kesalahan pada tataran morfologi yaitu kata ‘sekeluarga’ yang seharusnya sakulawarga dan ‘sakniki’ seharusnya menjadi samenika. Apabila terapkan ke dalam kalimat menjadi Perlu sedaya undhangan sumerepi mbokbilih Bapak;.... wekdal menika rumaos syukur dhumateng ngarsanipun Allah Swt, keranten menapa ingkang dipunpangajabaken kaliyan sakulawarga samenika sampun dipunkabulaken.
b)      Lan semanten ugi raos syukuripun bapak; .... sekeluarga, kito dipun undang kaperlu nderek tasyakuran sareng-sareng. (paragraf 6 kalimat ke-4)
Kesalahan terdapat pada kata ‘sareng-sareng’ yang bisa diganti dengan kata sesarengan sehingga apabila digunakan dalam kalimat di atas menjadi Lan semanten ugi rumaos syukuripun Bapak; ... sakulawarga, kula lan penjenengan sedaya dipunundhang saperlu ndherek tasyakuran sesarengan.



a)      ....niki ugi saget barokah, wonten manfaatipun lan ugi ndadosaken ...(paragraf 7 kalimat ke-1)
Terdapat kesalahan pada tataran frasa yaitu kata ‘ugi saget barokah’ yang seharusnya diganti menjadi saged ugi barokah.
b)      Kelawan tambahi nikmat niku ugi saget nyaheni lelampahipun ugi amalan-amalan lintunipun.(paragraf 7 kalimat ke-2)
Kalimat tersebut ada kesalahan dakam tataran frasa yakni kata ‘ugi saget nyaheni’ yang seharusnya diganti menjadi saged ugi nyaheni.

6.      Analisis Kesalahan Berbahasa pada Tataran Kalimat
Hampir seluruh kalimat dipernaiki karena banyak kesalahan yang terdapat dalam teks pidato tersebut.
Mekaten sambutan kulo atas nami saking bapak; .... sekeluarga, mugiyo saget kito fahami, sehinggo kito saget ugi ngamalaken ing dalem gesang kito saben dinten. (paragraf 12)
Seharusnya:
Mekaten atur pasugatan saking kula minangka wakil Bapak Slamet Riyadi sakulawarga, nyuwun agunging pangaksami menawi wonten basa ingkang lepat lan basa ingkang klentu, mugi kula lan panjenengan sedaya saged ngamalaken tumindak ingkang langkung sae malih.
Analisis kesalahan berbahasa pada tataran kalimat yang lain ada di teks setelah diperbaiki.

Banyak fonologi, morfologi, frasa, klausa yang kurang tepat dalam Teks Pidato Ing Dalem Acara Tasyakuran Ngenggeni Griyo Anyar ini sehingga perlu adanya perbaikan secara keseluruhan.
a)      Pada paragraf 8 seharusnya digabungkan ke paragraf 12 agar lebih padu.
Lan bapak; .... nyuwun agunge pangapunten beleh wonten kekiranganipun, nopo niku arupi pasogatan lan lintu-lintunipun. (paragraf 8)
Setelah digabungkan ke paragraf 12 dan sudah diperbaiki.
Mekaten atur pasugatan saking kula minangka wakil Bapak Slamet Riyadi sakulawarga, nyuwun agunging pangaksami menawi wonten basa ingkang lepat lan basa ingkang klentu, mugi kula lan panjenengan sedaya saged ngamalaken tumindak ingkang langkung sae malih.
b)      Pada paragraf 5 agar lebih efektif sebaiknya di ringkas.
Sedoyo udangan ingkang kulo hormati.( paragraf 5 )
Setelah diperbaiki hasilnya menjadi :
Para rawuh sedaya, kedah dipunmangertosi mbokbilih Bapak Slamet Riyadi ing wekdal menika rumaos syukur dhumateng ngarsanipun Allah Swt, amargi ingkang dipunkersakaken dening panjenenganipun lan kulawarganipun samenika sampun kalampahan inggih menika saged mbangun griya enggal.


PIDATO ING DALEM ACARA TASYAKURAN NGENGGENI GRIYO ANYAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
            Sedoyo undangan ingkang kulo hormati.
             Langkung rumiyen monggo kito sareng-sareng ngucapaken raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. ingkang sampun maringi nikmat lan hidayahipun sehinggo wakdal niki kito sandugeni undanganipun bapak; .... ingkang nggadah hajatan arupi tasyakuran ngenggeni griyo anyar..
            Lajeng shalawat ugi salam mugiyo tetep dipun paringaken dumateng nabi kito Muhammad saw., keluarganipun, poro sahabatipun ugi kaun muslimin sedoyo ingkang purun ngelampahi ajaran Islam kanthi estu lan leres. Mugiyo kito sedoyo dados umat beliau ingkang purun ngelampahi ajaran Islam kelawan estu-estu lan leres.
            Sedoyo udangan ingkang kulo hormati.
            Perlu sedoyo undangan sumerepi mbok beleh bapak; ... wakdal niki raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. keranten nopo ingkang dipun arep-arepaken kaliyan sekeluarga sakniki sampun dipun kabulaken. Inggih meniko dipun paringi saget mbangun griyo ingkang sahe, kados mekaten niki. Lan semanten ugi raos syukuripun bapak; .... sekeluarga, kito dipun undang kaperlu nderek tasyakuran sareng-sareng.
            Pramila saking niku bapak; .... nyuwun do’a restunipun dumateng penjenengan sedoyo, mugiyo nikmat ingkang dipun terami bapak; .... niki saget barokah, wonten manfaatipun lan ugi ndadosaken parekipun dumateng Allah. Kelawan tambahi nikmat niku ugi saget nyaheni lelampahipun ugi amalan-amalan lintunipun.
            Lan bapak; .... nyuwun agunge pangapunten beleh wonten kekiranganipun, nopo niku arupi pasogatan lan lintu-lintunipun.
            Sedoyo undangan ingkang kulo hormati.
            Kulo lan panjenengan sedoyo meniko kedah senantiasa raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. ingkang sampun maringi pinten-pinten nikmat. Kito ugi kedah enget mbok belek bersyukur niku saget nambahi nikmat, maksudipun sinten ingkang raos syukur dumateng ngersanipun Allah, milo saking niku bakal ditambah dening Allah swt. lan kito kedah enget mbok beleh kito dipun larang kufur nikmat. Syukur dateng nikmat ingkang dipun paringaken allah, niku mboten cekap diucapaken mawon, ananging kito kedah buktekaken kelawan perbuatan lan lelampahan ingkang dipun perintah Allah.
            Undangan sedoyo ingkang kulo hormati.
            Mekaten sambutan kulo atas nami saking bapak; .... sekeluarga, mugiyo saget kito fahami, sehinggo kito saget ugi ngamalaken ing dalem gesang kito saben dinten.
Akhirul Kalaam. Ihdinash Shiraathak Mustaqiim. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.


PIDATO ADICARA TASYAKURAN GRIYA ENGGAL

            Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Sedaya para rawuh ingkang dhahat kinurmatan.
            Langkung rumiyin sumangga kula dherekaken puji syukur dhumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Agung, ingkang sampun paring kanikmatan lan hidayahipun sahengga ing wekdal menika kula lan panjenengan sedaya saged nglampahi ulemanipun Bapak Slamet Riyadi minangka kagungan hajat tasyakuran griya enggal.
            Shalawat saha salam mugi tansah dipunaturaken dhumateng Nabi Muhammad Saw sumrambah kulawarga, para sahabat lan mugi lumeber dhumateng sedaya kaum muslimin ingkang sampun kersa nindakaken ajaran ugi sunnah-sunnahipun.
            Para rawuh sedaya, kedah dipunmangertosi mbokbilih Bapak Slamet Riyadi ing wekdal menika rumaos syukur dhumateng ngarsanipun Allah Swt, amargi ingkang dipunkersakaken dening panjenenganipun lan kulawarganipun samenika sampun kalampahan inggih menika saged mbangun griya enggal.
            Pramila, Bapak Slamet riyadi nyuwun donga pangestunipun kaliyan para rawuh, mugi-mugi nikmat menika saged barokah, migunani lan ndandosaken celakipun dhumateng Gusti Ingkang Maha Kuwasa.
            Kula lan penjengan sedaya kedah ngunjukaken puji syukur wonten ngarsa dalem Allah Swt amargi saking syukur menika saged muwuhi kanikmatan. Pramila mboten pareng kufur nikmat. Syukur dhateng nikmat mboten namung dipunlesanaken kemawon, ananging ugi kedah dipuntumindakaken.
            Para rawuh kakung saha putri ingkang tuhu kinurmatan.
            Mekaten atur pasugatan saking kula minangka sesulih Bapak Slamet Riyadi sakulawarga, nyuwun agunging pangaksami menawi wonten basa ingkang klentu lan mranani ing penggalih, mugi kula lan panjenengan sedaya saged ngamalaken tumindak ingkang langkung sae malih. Aamiin
            Wassalamu’alaikum Wr. Wb.




Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pada teks pidato “Pidato Ing Dalem Acara Tasyakuran Ngenggeni Griyo Anyar karangan Ust. Khoirur Rohim terdapat bentuk kesalahan berbahasa. Jenis kesalahan berbahasa yang ada terdiri atas kesalahan dalam tataran diksi, ejaan, dan struktur. Kesalahan diksi terjadi pada penggunaan ragam bahasa atau unggah-ungguh dan pemilihan kata atau makna yang sesuai. Kesalahan ejaan terdapat pada penulisan huruf kapital, penulisan tanda baca. Pada kesalahan struktur, terjadi pada tataran fonologi, morfologi, frasa, klausa, kalimat serta wacana. Kesalahan yang paling dominan terletak pada kesalahan tataran fonologi dan kesalahan pada diksi.

Menurut penganalisis, saran yang bisa diberikan adalah bagi para peneliti analisis kesalahan berbahasa, harus lebih teliti lagi dalam menganalisis sebaiknya dengan memperhatikan kaidah penulisan bahasa yang baik dan benar. Agar dapat menulis dengan sedikit kesalahan khususnya sesuai tingkat tutur alangkah baiknya rajin membaca kamus, pedoman ejaan dan berlatih secara terus menerus.



3.       

Balai Bahasa Yogyakarta. 2006. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan. Yogyakarta: Kanisius.
http://bangbohek.blogspot.com/2012/07menganalisis-kesalahan-berbahasa-pada-n.html?m=1
Kurniati, Endang. 2008. Sintaksis Bahasa Jawa. Semarang: Griya Jawi.
Rohim, Khoirur. 2003. Pedoman Praktis MC & Pidato Berbahasa Jawa: Dalam Berbagai Acara. Surabaya: Pustaka Agung Harapan.
Sudarmanto. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Jawa: Jawa – Indonesia, Indonesia – Jawa. Semarang: Widya Karya.
Sukoyo, Joko. 2013. Kamus Bahasa Jawa. Surakarta: Yuma Pustaka.
Wiyoto. 2014. Renggeping Wicara. Yogyakarta: Maharsa.