BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pada jaman sekarang ini masih sering ditemukan
orang-orang yang belum fasih berbicara di depan orang banyak. Hanya sebagian
orang yang mempunyai kepercayaan diri lebih untuk berbicara di depan orang
banyak, rata-rata ada juga yang beralasan malu atau kurang percaya diri. Oleh
karena itu Saya mengambil tema pidato ini guna mengembangkan agar lebih percaya
diri saat berbicara di depan orang banyak dan tidak mengalami kesulitan lagi.
Dalam menyampikan pidato ini, seseorang harus memperhatikan syarat-syarat
sebagai seorang pembicara. Syarat-syarat itu berupa seseorang harus menyiapkan
mental dan bahan-bahan yang diperlukan guna kelancaran pidatonya.
Pidato sendiri mempunyai arti berbicara di depan orang
banyak yang mempunyai tujuan dan maksud tertentu.pidato juga merupakan aspek
berbahasa, di Indonesia sendiri mempunyai beragam bahasa, salah satunya bahasa
jawa. Pidato juga tidak hanya untuk bahasa Indonesia tetapi ada juga pideto
dengan bahasa Jawa. Pada pidato bahasa jawa bunyi dan tulisan diucapkan
berbeda, hal itu disebut fonologi.
Fonologi adalah bagian
tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum.
Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang
berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata
bunyi. Fonologi terbagi dari dua bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonetik
adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau
bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Chaer (2007)
membagi fonetik kedalam tiga jenis, yaitu: Fonetik artikulatoris atau
fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme
alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta
bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Fonetik akustik mempelajari bunyi
bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki
frekuensi getaranya, amplitudonya,dan intensitasnya, fonetik auditoris mempelajari
bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. Fonemik
adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yangberfungsi sebagai
pembeda makna. Jenis-jenis Fonem Dalam jawa ada 10 yaitu : a, i, u, e, o, è, é,
ɔ, ʊ, I.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa pengertian fonologi ?
2.
Bagaimana klasifikasi bunyi bahasa ?
3.
Bagaimana klasifikasi vokal dan konsonan
?
4.
Bagaimana penulisan vokal dan konsonan
bahasa jawa ?
5.
Bagaimana contoh pidato dalam tulisan
fonetis dan dalam unsure segmental ?
C.
TUJUAN DAN MANFAAT
a.
Untuk menjelaskan
pengertian fonologi.
b.
Untuk membedakan ilmu-ilmu
bahasa yang tercakup dalam fonologi.
c.
Untuk mengidentifikasi
fonem-fonem bahasa jawa.
d. Mengembangkan keterampilan
dalam mencari, menganalisis, merangkum, menulis dan menyampaikan suatu
pengetahuan atau masalah yang keberadaannya belum dipahami.
e.
Sebagai pemenuhan tugas
mata kuliah Fonologi.
BAB
II
ISI
A. LANDASAN TEORI
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang
berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi
hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena. Teori mempunyai tiga fungsi, diantaranya; menjelaskan,
meramalkan dan pengendalian suatu gejala
Sehingga disini kami akan menjelaskan
hasil dari diskusi kelompok kami tentang fonemis. Sesuai dengan refresnsi yang
telah kami kumpulkan. Baik dari buku maupun sumber lainya.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian fonologi
Dari beberapa sumber,
pengertian fonologi dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) Fonologi
ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf,
1984: 30).
2) Fonologi
ialah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya (Kridalaksana, 1995: 57).
3) Fonologi
ialah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan
runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon
yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu (Chaer, 1994: 102).
Berdasarkan beberapa sumber tersebut
dapatlah disimpulkan bahwa Fonologi adalah
bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa
secara umum. Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian yakni fonetik
dan fonemik. Fonetik ialah ilmu yang menyelidiki bunyi bahasa tanpa melihat
fungsi bunyi itu sebagai pembeda makna. Fonetik dibagi menjadi 3 yaitu :
a. fonetik organis / artikulatoris adalah bagaimana suatu bunyi
bahasa itu dihasilkan oleh alat ucap manusia, contohnya bunyi (b) yang
dihasilkan dari udara melalui hidung menuju paru-paru kemudian dikeluarkan dari
mulut yang ditahan oleh dua bibir yang menyatu sehingga menimbulkan bunyi (b).
b. fonetik akustis adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa dari
segi bunyi sebagai gejala fisis ( amplitudo, frekuensi ) contohnya sebuah
rental music diberi peredam suara.
c. Fonetik auditoris adalah bagaimana mekanisme telinga menerima
bunyi bahasa sebagai getaran udara, contohnya apabila ada pedagang yang
mengetuk piring (tingtingting) kemudian bunyi itu diterima oleh telinga
sehingga meinimbulkan prasangka bahwa bunyi itu adalah pedagang mie ayam.
Fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa
dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna., fonemik
dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Fonem yaitu jika dua buah bunyi dalam satu
artikulasi dikontraskan dan mampu membedakan makna,contohnya kata wedi >< wedhi ,kata wedi berarti
‘takut’ dan kata wedhi berarti
‘pasir’.
b. Alofon yaitu bunyi bahasa yang tidak
mempunyai fungsi sebagai pembeda makna, alofon sering disebut variasi dari
fonem, contohnya titi? ~ titI? .
2.
Klasifikasi bunyi bahasa
1. Vokal,
konsonan, dan semi-vokal
·
Vokal adalah bunyi bahasa yang
dihasilkan dengan melibatkan pita suara tanpa penyempitan atau penutupan apa
pun pada tempat pengartikulasian manapun
·
Bunyi disebut konsonan bila terjadinya
dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi.
·
Bunyi semi-vokal adalah bunyi yang
secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada waktu diartikulasikan
belummembentuk konsonan murni, maka bunyi-bunyi itu disebut semi-vokal atau
semi-konsonan.
2. Nasal
dan Oral
Bunyi
nasal ( sengau ) terjadi jika udara keluar atau disertai keluarnya udara
melalui rongga hidung dengan cara menurunkan langit-langit lunak beserta ujung
anak tekaknya
Namun
jika tidak demikian karena langit-langit lunak beserta ujung anak tekak menaik
menutupi rongga hidung sehingga udara hanya melalui rongga mulut saja, maka
bunyi yang dihasilkan disebut bunyi oral.
3. Keras
(fortes ) dan Lunak ( Lenes )
Bunyi
bahasa disebut keras bila pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan
kekuatan arus udara.
Jika
tidak disertai ketegangan kekuatan arus udara disebut bunyi lunak.
4. Bunyi
panjang dan pendek
Pembeda
ini didasarkan pada lamanya bunyi itu diucapkan atau lamanya bunyi itu
diartikulasikan. Tanda untuk panjang biasanya dengan tanda garis pendek diatas,
atau dengan titik dua disebelah kanan bunyi panjang itu, misalnya [ a ] jika
panjang ditulis ( a: atau ā.
5. Bunyi
rangkap dan tunggal
Bunyi
rangkap adalah bunyi yang terdiri dari dua bunyi dan terdapat dalam satu suku
kata, atau biasa disebut diftong. Sedangkan bunyi tunggal disebut monoftong
6. Bunyi
nyaring dan tidak nyaring
Pembedaan
bunyi berdasarkan derajat kenyaringan itu sebenarnya adalah tinjauan menurut
aspek audiotoris. Derajat
kenyaringanitu sendiri ditentukan oleh luas sempitnya atau besar kecilnya ruang
resonansi pada waktu bunyi diucapkan. Makin luar ruang resonansi saluran bicara
yang dipakai pada waktu itu membentuk bunyi bahas makin tinggi derajat
kenyaringannya.
3. Klasifikasi
vokal dan konsonan
Vokal
adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru tidak
mendapat halangan.
Vokal dapat diklasifikasikan berdasarkan tinggi
rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, striktur dan bentuk bibir.
1.
Berdasarkan
tinggi rendahnya lidah
a.
Vokal tinggi
,misalnya [ i, u ]
b.
Vokal madya,
misalnya [e, ɛ, ə, o, ɔ]
c.
Vokal rendah,
misalnya [a, ɑ]
2.
Bagian lidah
yang bergerak
a.
Vokal depan
yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian
depan, misalnya i, e, ɛ, a
b.
Vokal tengah
yaitu vokal yang dihasilkan oleh peranan lidah bagian tengah, misalnya ə.
c.
Vokal belakang
yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian
(pangkal lidah), misalnya u, o, ɔ, ɑ.
3.
Striktur
adalah keadaan hubungan pososoinal artikulatoris aktif dengan artikulatoris
pasif, vokal dapat dibedakan menjadi :
a.
Vokal tertutup
yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati
langit-langit dalam batas vokal, misalnya i, u.
b.
Vokal semi
tertutup yaitu vokal yang dibentuk
dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga dibawah tertutup atau dua
pertiga diatas vokal yang paling rendah, misalnya e, o
c.
Vokal
semi-terbuka yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian
sepertiga diatas vokal yang paling rendah atau dua pertiga dibawah vokal
tertutup, misalnya ɛ
d.
Vokal terbuka
yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin, misalnya
a, ɑ.
4.
Bentuk bibir
a.
Vokal bulat
adalah vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat, misalnya ɔ
b.
Vokal netral
adalah vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir dalam posisi netral, dalam arti
tidak bulat tetapi juga tidak terbentang lebar, misalnya ɑ.
c.
Vokal tak
bulat adalah vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau
terbentang lebar, misalnya i, e, ə, ɛ, a
Klasifikasi
Konsonan
•
Konsonan
adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru
mendapat halangan. (Keraf, 1984: 35). Konsonan adalah bunyi bahasa yang
dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada satu tempat di saluran suara di
atas glottis; bunyi bahasa yang dapat berada pada tepi suku kata dan tidak
sebagai inti suku kata; fonem yang mewakili bunyi tersebut (Kridalaksana, 1993:
118).
Berdasarkan
artikulator dan titik artikulasinya
Konsonan-konsonan dapat dibagi atas:
·
Konsosnan bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan mempertemukan
kedua belah bibir: p, b, m, w. Karena kedua belah bibir sama-sama bergerak,
serta keduanya juga menjadi titik sentuh dari bibir yang lainnya, maka
sekaligus mereka bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi.
·
Konsonan labiodental, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan
mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai
artikulatornya: f, v.
•
Konsonan apikointerdental, yaitu bunyi yang terjadi
dengan ujung lidah (apex) yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antargigi
(dens) sebagai titik artikulasinya. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat
konsonan t dan n. Dalam bahasa Jawa terdapat konsonan t, d, dan n.
•
Konsonan apikoalveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh
ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi (alveolum) sebagai titik
artikulasinya. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat d dan n, sedangkan dalam
bahasa Jawa terdapat t, d, dan n.
•
Konsonan palatal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh bagian
tengah lidah sebagai artikulatror dan langit-langit keras (palatum) sebagai
titik artikulasinya: c, j, ny.
•
Konsonan velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh belakang
lidah sebagai artikulator dan langit-langit lembut (velum) sebagai titik
artikulasinya, misalnya: k, g, ng, kh.
•
Hamzah (glotalstop), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan
posisi pita suara tertutup sama sekali, sehinga sama sekali menghalangi udara
yang keluar dari paru-paru. Celah antara kedua pita suara (sama dengan glottis)
tertutup rapat.
•
Laringal, yaitu bunyi yang terjadi karena pita suara
terbuka lebar. Bunyi ini dimasukkan dalam konsonan karena udara yang keluar
mengalami gesekan
Monoftong dan diftong
Monoftong atau vokal murni adalah bunyi
vokal tunggal yang terbentuk dengan kualitas alat bicara (lidah) tidak berubah
dari awal hingga akhir artikulasinya dalam sebuah suku kata.
Diftong adalah vokal rangkap
4. Penulisan vokal dan konsonan bahasa jawa
Penulisan vokal bahasa jawa
1. Penulisan bunyi [I]
Jika terdapat bunyi [I] pada suatu kata dan
kata itu mendapat imbuan –e(-ne), serta bunyi [I] pada kata tersebut harus
ditulis dengan menggunakan aksara I, missal kata cacing [cacIƞ] + -e menjadi
cacinge [caciƞe].
2. Penulisan bunyi [ɔ]
Dalam bahasa jawa bunyi [ɔ] atau bunyi a jejeg
atau a nglegena seharusnya ditulis dengan aksara a bukan dengan aksara o sebab
bunyi aksara jawa itu adalah ha, na, ca, ra, ka dst
Misalnya dalam kata arta [artɔ] + -e menjadi
artane [artane]
3. Penulisan bunyi [ʊ]
Jika dalam suatu kata terdapat bunyi [ʊ],
bunyi ini mirip dengan bunyi [o], terletak pada suku kata akhir dan mendapat
imbuhan –e (-ne), bunyi [ʊ] tersebut akan berubah menjadi bunyi [u], bunyi
[ʊ]pada kata tersebut harus ditulis dengan menggunakan huruf u. misalnya kata
jagung [jagʊƞ] + -e menjadi jagunge [jaguƞe]
Penulisan konsonan
1.
Penulisan bunyi hambat
beraspirat
Meskipun konsonan
hambat bersuara dalam bahasa jawa sering mengandung bunyi aspirat atau bunyi
[h] , bunyi aspirat tersebut tidak perlu muncul didalam penulisan, misalnya
[sɔbʰɔ] berarti saba ’main’, [bʰisɔ] berarti bias ‘dapat’
2.
Penulisan bunyi pranasal
Dalam bahasa jawa
semua kata yang menyatakan nomina tempat dan kata tersebut berawal dengan bunyi
hambat bersuara, bunyi hambat pada tempat tersebut akan mengalami pranasal.
Meskipun dalam pengucapan bunyi nasal itu selalu mendahului bunyi hambat
bersuara, di dalam penulisan nasal tidak perlu muncul. Misalnya dalam kata ͫ bʰali berarti bali, ͫ banɖʰuʊƞ berarti
bandung
3.
Penulisan bunyi glottal
Bunyi [k] lazimnya
disebut bunyi glottal yang terletak pada akhir suku kata akan dilafalkan
menjadi [?]. misalnya kata [ma?lum] yang berarti maklum, ta?wa yang bererti
takwa.
4.
Penulisan bunyi retofleks
Bunyi [ɖ] dan [ʈ] yang
lazimnya disebut bunyi retofleks selalu ditulis dengan dh atau th, misalnya
kata [ʈole] berarti thole ‘panggilan untuk anak laki-laki’, [ʈukʊl]
berarti thukul ‘tumbuh’
5.
Penulisan semivokal
Yang termasuk
semivokal ialah [y] dan [w]
Misalnya kata [priʸɔ]
dalam kata priya ‘lelaki’, [ɖuʷit] dalam kata dhuwit ‘uang’
6.
Penulisan glottal fikatif
tak bersuara
Misalnya [mɔjɔpaʰit]
dalam ejaan bahasa jawa menjadi majapait namun dalam ejaan bahasa Indonesia
menjadi majapahit.
CONTOH PERBANDINGAN BUNYI VOKAL BAHASA INGGRIS
DENGAN
BUNYI KONSONAN BAHASA JAWA BANYUMASAN
No
|
Fonem
|
Bahasa Inggris
|
Bahasa Jawa
|
1
|
/p/
|
Plate / pleit/
|
Piring /piriŋ/
|
2
|
/b/
|
Book /bʊk/
|
Buku /bʊkʊ /
|
3
|
/t/
|
Text /tekst/
|
Tuku /tʊkʊ/
|
4
|
/d/
|
Desk /desk/
|
Dompet /dompet/
|
5
|
/k/
|
Cat /kæt/
|
Kucing /kʊt∫Iŋ/
|
6
|
/g/
|
Good /gʊd/
|
Gede / gƏde/
|
7
|
/t∫/
|
chin / t/in/
|
Cangkir / t∫ʌŋkir/
|
8
|
/ʤ/
|
Bridge /brIʤ/
|
Jawa /ʤʌwʌ/
|
9
|
/m/
|
Man /mæn/
|
Mangan /mʌŋʌn/
|
10
|
/n/
|
Nine /nain/
|
Nemu /nƏmʊ/
|
11
|
/ŋ/(ng)
|
Sing /sIŋ/
|
Ngakak /ŋʌkʌk/
|
12
|
/l/
|
Leave /li:v/
|
Lunga /lʊŋʌ/
|
13
|
/f/
|
Five /faiv/
|
-
|
14
|
/v/
|
Van /væn/
|
-
|
15
|
/θ/ (th)
|
Think / θIŋk/
|
Wathuk /wʌθʊk/
|
16
|
/ð/ (dh)
|
Then / ð en/
|
Wedhi /wƏ ði/
|
17
|
/s/
|
Sun /sʌn/
|
Sumur /sʊmʊr/
|
18
|
/z/
|
Zoo /zu:/
|
-
|
19
|
/r/
|
Ruler /rulƏ{r)
|
Rokok /rokok/
|
20
|
/∫/
|
Sheep /∫i:p/
|
-
|
21
|
/ʒ/
|
Measure /meʒƏ(r)/
|
-
|
22
|
/h/
|
Hen /hen/
|
Akeh /ʌkeh/
|
23
|
/w/
|
Wood /wu:d/
|
Wengi /wƏŋI/
|
24
|
/j/
|
Young /jʌŋ/
|
Yayuk /jʌjʊk/
|
Ket: Untuk
fonem konsonan bahasa jawa tidak memiliki simbol (transkip fonetik) seperti
pada fonem bahasa Inggris yang masing-masing fonem baik itu vokal maupun
konsonan memiliki simbol bunyi (phonetic transcription), maka dalam contoh di
atas penulis mencoba untuk mentranskripsikan ke fonem bahasa Inggris untuk
mempermudah membedakannya.
Bunyi suprasegmental dalam contoh pidato
Bunyi
suprasegmental adalah bunyi yang menyertai bunyi segmental, dapat
diklasifikasikan menjadi berikut :
1.
Panjang atau
kualitas yaitu menyangkut lamanya bunyi diucapkan, tanda untuk panjang ialah
[…..:] atau [..ˉ..].
2.
Nada
menyangkut tinggi rendahnya suatu bunyi, dalam intonasi nada biasanya debedakan
menjadi 4 yaitu
a.
Nada rendah
ditandai dengan angka 1
b.
Nada sedang
ditandai dengan angka 2
c.
Nada tinggi
ditandai dengan angka 3
d.
Nada sangat
tinggi ditandai dengan angka 4
3.
Tekanan
menyangkut keras lunak (lemah)-nya bunyi, misalnya tanda ?, !, .,
4.
Jeda atau
persendian menyangkut perhentian bunyi dalam bahasa. Menurut tempatjeda
dibedakan menjadi 4, yaitu :
a.
Jeda antar
suku kata dalam kata ditandai dengan [+]
b.
Jeda antar
kata dalam frasa ditandai dengan [/]
c.
Jeda antar
frasa dalam klausa ditandai dengan [/ /]
d.
Jeda antar
kalimat dalam wacana ditandai dengan [#]
5.
Contoh pidato
Assalamu’alaikum
wr.wb
Ingkang kinurmatan/ Bapak Kepala
Sekolah ugi Bapak Ibu Guru ingkang satuhu lihuring budi/ lan rencang-rencang
kelas 9 ingkang kula tresnani//. Mangga/ kita sedaya ngaturaken puji syukur dumateng
Gusti ingkang Maha Agung/ ingkang sampun maringaken sedaya nikmat/ lan
kewarasan dateng kita sedaya dumugi sak menika/ kita sedaya saged kempal wonten
ing adicara perpisahan sak menika//. Kula wakil saking rencang-rencang kelas 9/
ngaturaken maturnuwun/ ! ingkang sak ageng-agengipun kagem Bapak utawa Ibu
Guru/ ingkang sampun mbulawantah kula lan sak kanca-kanca dateng pawiyatan
menika/ ingkang dangunipun tigang warsa//.[#]
Boten keraos/ kula lan rencang
sebrayat sampun ngelampahi ngangsu kawruh wonten ing pawiyatan mriki//. Wonten
ing adicara menika/, kula piyambak tuhu rencang-rencang nyuwun agenging
pangapunten saking Bapak utawi Ibu Guru/ amargi wonten ing tigang warsa ngangsu
kawruh wonten pawiyatan mriki/ kula lan sak rencang mebo/ menawi gadhah
kalepatan ingkang dipunsengaja lan boten disengaja//. Mugi-mugi Bapak utawi Ibu
Guru kersa ngapuntenaken sedaya kalepatan kula/ lan rencang-rencang//.
Satuhunipun kula lan sak kanca awrat sanget badhe nilaraken pawiyatan menika/
amargi sedaya ingkang wonten dateng mriki sampun kados keluwarga piyambak//.
Namung/ amargi kula lan rencang-rencang
kedhah nglanjutaken ngangsu kawruh wonten ing pawiyatan ingkang luwih inggil/,
kula lan rencang-rencang kedah sanget ikhlas/ nilaraken pawiyatan menika//.
Kados sampun cekap anggenipun kula
matur//. Bilih menawi wonten kalepatan/ kula nyuwun agenging pangapunten//.
Wassalamu’alaikum
wr.wb//
Pidato dalam tulisan fonetis
Assalamu’alaikum
wr.wb
Iƞkaƞ kinurmatan Bapa? Kəpala
Səkolah ugi Bapa? Ibu Guru Iƞkaƞ satuhu luhuriƞ budi lan rɛncaƞ-rɛncaƞ kəlas
sɔƞɔ Iƞkaƞ kulɔ trəsnani. Mɔƞgɔ kitɔ sədɔyɔ ƞturakən puji syukur dumatəƞ Gusti
Iƞkaƞ Mɔhɔ Aguƞ Iƞkaƞ sampun mariƞakən sədɔyɔ ni?mat lan kəwarasan datəƞ kitɔ sədɔyɔ dumugi sa?
mənikɔ kitɔ sədɔyɔ sagəd kəmpal wɔntən iƞ adicɔrɔ pərpisahan sa? mənikɔ. Kulɔ wakil
sakiƞ rɛncaƞ-rɛncaƞ kəlas sɔƞo ƞaturakən maturnuwun Iƞkaƞ sa? agəƞ-agəƞipun
kagəm Bapa? utawa Ibu Guru Iƞkaƞ sampʊn ͫ bulawantah kulɔ lan sa? kɔncɔ-kɔncɔ
datəƞ pawiyatan mənikɔ Iƞkaƞ daƞʊnipun tigaƞ warsɔ.
ͫ Boten kəraɔs kulɔ lan rɛncaƞ
səbrayat sampʊn ƞəlampahi ƞaƞsu kawruh wontən iƞ pawiyatan mriki. Wontən iƞ
adicɔrɔ mənikɔ, kulɔ piyambak tuhu rɛncaƞ-rɛncaƞ nyuwʊn agəƞiƞ paƞapuntən sakIƞ
Bapa? utawi Ibu Guru amargi wontən iƞ tigaƞ warsɔ ƞaƞsu kawruh wontən pawiyatan
mriki kulɔ lan sa? rɛncaƞ mɛbo mənawi gadhah kalepatan iƞkaƞ dipʊnsengɔjɔ lan ͫ
botən diseƞɔjɔ. Mugɔ-mugɔ Bapa? utawi Ibu Guru kərsɔ ƞapuntənakən sədɔyɔ
kaləpatan kulɔ lan rɛncaƞ-rɛncaƞ. Satuhunipun kulɔ lan sa? kɔncɔ awrat saƞət
badhɛ nilarakən pawiyatan mənikɔ amargi sədɔyɔ Iƞkaƞ wontən datəƞ mriki sampʊn
kados kəluwarga piyamba?. Namuƞ amargi
kulɔ lan rɛncaƞ-rɛncaƞ kədhah ƞlanjutakən ƞaƞsu kawruh wontən Iƞ pawiyatan
Iƞkaƞ luwih iƞgil, kulɔ lan rɛncaƞ-rɛncaƞ kədah saƞət ikhlas nilarakən
pawiyatan mənikɔ.
Kados sampun cəkap aƞgɛnIpun kulɔ
matur. Bilih mənawi wontən kaləpatan kulɔ nyuwun ageƞiƞ paƞapuntən.
Wassalamu’alaikum
wr.wb//
0 comments:
Post a Comment