sugeng rawuh

wonten blog sinau basa jawa :)

BATIK

Batik khas Pachitan motif Sidomulyo

PANDAWA LIMA

Puntadewa, Werkudara, Janaka, Nakula, Sadewa

Aksara Jawa

HANACARAKA

GAMELAN

Gong, Kendhang, Bonang, Kenong, Demung, Slenthem, Kethuk, Saron

Saturday, March 14, 2015

Cerita berbahasa Jawa



DIDHAWUHI IBU GURU

Pinuju ngaso Ibu Guru Yayuk nimbali Martini. Martini didhawuhi njupukake buku kang kari ana ing meja guru. Ibu /yayuk ngendika, “Tini, mrenea sedhela!” Sing ditimbali age-age mara nyedhak, ngadeg jejeg, tangane tumata, ngapurancang, polatane sumeh, banjur matur, “Punapa, Ibu?” Anggone matur Martini swarane lirih, nanging cetha, lagune luwes kepenak.
Ibu Yayuk mbacutake ngendikane, “Jupukna buku ing meja guru!” Sing didhawuhi enggal-enggal njupuk buku, nuli bali matur, “Punika, Ibu.” Matur mangkono iku karo ngaturake buku, awake rada mbungkuk. Dene buku kang diaturake kuwi sadurunge wis diwalik. Dadi, samangsa Ibu Yayuk nampani, terus bisa maca tulisane, ora usah diwalik.
Ibu Yayuk nampa buku, mustakane manthuk sathithik, karo ngendika, “Ya, matur nuwun.” Martini matur, “Sami-sami.” Ibu Yayuk nuli minger tindak menyang kantor kepala sekolah. Martini rada mbungkuk maneh nguntabake  tindake Ibu Yayuk.
Sapa bae sing nyumurupi, krungu, lan ngalami kadadeyan ing dhuwur kasebut bisa seneng, marem, lan tentrem. Ibu Yayuk lan Martini uga melu seneng, marem lan tentrem, bisa padha sesrawungan nganggo tata krama, lan uga wis kabukten manawa tata krama kuwi bisa gawe tentreming bebrayan. Bebrayan kang tanpa tata krama mesthi ora bisa tentrem.
Ngaturake majalah, koran, lan layang diwalik luwih dhisik. Sing nampa banjur bisa maca, ora ndadak malik. Mangkono uga tuladhane liyane. Ngaturaken peso, pukul besi, cethok, pacul, lan barang-barang kang mawa garan, ditata luwih dhisik, sing nampa kepenak, terus bisa nyekel garane. Aja malah garane dicekel dhewe. Sing nampa banjur dadi rekasa nyekel pucu peso, cethok, lan liya-liyane. Kang kasebut kari kuwi jeneng ora nganggo tata krama 

Kapethik saka buku “URIP TENTREM RAHARJA Muatan Lokal Bidang Budaya” karya M.A. Sudi Yatmana

ANALISIS KAJIAN SEMANTIK








MAKNA DAN PESAN BUDAYA
DALAM UNGKAPAN JAWA MELALUI
KAJIAN SEMANTIK
Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Semantik
Dosen Pengampu : Drs. Widodo

Oleh
Muji Lestari
2601412050
Rombel 02


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014/2015
ABSTRAK

Makalah ini berisi mengenai makna-makna dan pesan budaya yang terdapat pada ungkapan bahasa jawa. Hal yang dikaji termasuk dengan jenis makna. Tidak semua orang jawa memahami setiap ungkapan jawa yang mempunyai makna dan mempunyai nilai-nilai yang luhur itu. Ungkapan  jawa merupakan bekal bagi generasi muda yang semakin menghilang.

Kata kunci : ungkapan jawa, pesan budaya, jenis makna
Latar Belakang
            Makna merupakan penghubung bahasa dengan dunia luar. Ia hadir dalam benuk kontruksi sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling dimengerti dan dipahami maksudnya.            Ajaran kebijaksanaan dalam kebudayaan Jawa dimaksudkan untuk menjaga agar kehdupan masyarakat teratur, baik dan damai. Ajaran itu juga memiliki tujuan mendatangkan keadaan yang tentram dan tenang. Ajaran kebijaksanaan didasari pemikiran kejawaan yang biasanya disampaikan melalui ungkapan. Ungkapan yang ada di masyarakat Jawa mempunyai pelajaran bagi siapapun yang menerapkannya. Ungkapan tersebut masih menjadi sarana yang sering digunakan oleh orang Jawa untuk menyampaikan kebijaksanaan. Di kalangan orang-orang Jawa, terutama orang Jawa Kejawen juga masih menggunakan ungkapan-ungkapan bahasa Jawa, baik yang disebut pepatah (peribahasa), pasemon (ibarat) maupun ajaran falsafah hidup Jawa (Imam S dalam Setiawan Ade Cahyadi, 2011: 16). Falsafah hidup Jawa yang terdapat dalam ungkapan, erat kaitannya dengan ajaran kebijaksanaan. Falsafah atau filosofi hidup yang dimaksudkan sebagai ajaran moral, baik yang berwujud anjuran maupun larangan, tersebar dalam berbagai bentuk, antara lain: paribasan, bebasan sanepa, saloka, wangsalan, panyandran, unen-unen dan pemali (Tarnono dalam Setiawan Ade Cahyadi, 2011: 16). Ungkapan-ungkapan tersebut merupakan ungkapan tradisional yang diangkat dan ditemukan dalam karya sastra dan tradisi lisan yang menyiratkan realitas kehidupan faktual dan fenomena.        
            Secara sosial, setiap individu khususnya yang memegang teguh tatanan Jawa dilarang mengungkapkan perasaan, keinginannya dan kehendaknya secara langsung (to the point). Oleh karena itu, orang Jawa lebih sering bertindak secara pragmatik, baik ketika perprilaku maupun ketika bertutur kata. Dengan kepragmatikan itulah, terkadang orang terjebak dalam pencarian makna tersebut. Falsafah hidup jawa yang terdapat pada ungkapan Jawa misalnya Wong jowo ki gampang di tekuk-tekuk. Filosofi ini juga berupa ungkapan peribahasa yang dalam bahasa Indonesia adalah ‘Orang Jawa itu mudah ditekuk-tekuk’. Ungkapan ini menunjukan fleksibelitas dari orang jawa dalam kehidupan. Kemudahan bergaul dan kemampuan hidup di level manapun baik miskin, kaya, pejabat atau pesuruh sekali pun. Orang yang memegang filosofi ini akan selalu giat bekerja dan selalu ulet dalam meraih cita- citanya. Filosofi inilah yang membuat masyarakat suku jawa tersebar ke seluruh penjuru tanah air dan disayangi oleh suku lain. Tidaklah mungkin apabila orang jawa itu mudah untuk dilipat-lipat. Ungkapan Jawa tersebut juga termasuk makna konotasi atau makna kiasan.
            Mulai dari itulah penulis ingin menganalisis lebih lanjut tentang ungkapan-ungkapan jawa yang berisi tentang ajaran, larangan, pesan yang bisa ditemukan di paribasan, bebasan sanepa, saloka, wangsalan, panyandran, unen-unen dan pemali (Tarnono dalam Setiawan Ade Cahyadi, 2011: 16).

            Dari latar belakang di atas, penulis bisa merumuskan rumusan masalah yaitu.
a.      Ungkapan Jawa apa saja yang memiliki makna dan pesan budaya?
b.      Bagaimana kaitannya dengan kehidupan jaman sekarang?



Analisis Ungkapan

1.      Narima ing Pandum
Narima ing pandum ‘menerima dengan ikhlas apa yang diberikan atau didapatkan’
Ungkapan tersebut mengandung ajaran tentang sikap pasrah tentang sikap menerima sesuatu. Inti ajarab dari makna konvensional ungkapan narima ing pandum adalah manusia dituntut untuk dapat menerima dengan senang hati terhadap pemberian Tuhan.
Analisis Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Ungkapan tersebut dibentuk dari kata narima, ing, pandum. Kata-kata tersebut masing-masing membentuk rangkaian.
a.       Narima
Kata narima menyatakan makna menyerahkan apa adanya kepada kenyataan. Dalam konteks ungkapan ini, narima menyatakan makna menerima apa yang dibagikan.
b.      Ing pandum
Kata ing menyatakan makna acuan untuk menjelaskan sesuatu, kata pandum menyatakan makna sesuatu yang sudah ada dan menjadi bagian. Dalam konteks ungkapan ini, ing pandum menyatakan makna sesuatu yang dibagikan oleh Tuhan.
Secara kontekstual, ungkapan narima ing pandum digunakan untuk menyatakan pesan tentang ketetapan Tuhan yang tidak dapat diganggu gugat mengenai apa yang dibagikan-Nya kepada manusia, sehingga manusia hanya dapat menerima pembagian-Nya.

Analisis Pesan Budaya
Ungkapan ana dhaulate ora ana begjane mengandung ajaran bahwa manusia harus menyadari akan keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya. Kemampuan yang ada pada diri manusia pada dasarnya terbatas, tidak selamanya kemampuan dapat digunakan untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Keberuntungan yang datang dari Tuhan dapat mengalahkan segala kemampuan yang dimiliki oleh manusia, karena kemampuan yang dimiliki manusia bukan segala-galanya yang dapat menentukan hasil. Ungkapan ana dhaulate ora ana begjane mengajarkan manusia untuk senantiasa sadar akan keterbatasannya.
2.      Alon-alon waton klakon
Alon-alon waton klakon ‘pelan-pelan asal terlaksana’
Ungkapan ini maknanya sudah sangat jelas yaitu mengerjakan sesuatu dengan pelan-pelan saja asalkan bisa terlaksana. Akan tetapi untuk saat ini apabila pekerjaan dikerjakan dengan pelan-pelan akan menyita banyak waktu.
Filosofi ini sebenarnya berisikan pesan tentang safety . Orang dahulu sudah mengisyaratkan arti penting filosofi ini, tapi banyak orang melecehkan bahkan menganggap sebagai sifat malas orang jawa. Padahal kandungan maknanya sangat dalam. Filosofi ini mengisyaratkan tentang kehati-hatian, waspada, istiqomah, keuletan, dan yang jelas tentang safety. Di dunia modern masalah safety menjadi bagian terpenting untuk keberhasilan suatu pekerjaan karena didalamnya ada aturan-aturan yang menginstrusikan menghindari resiko-resiko yang akan terjadi. Misalkan saja pada wanita, apabila mempunyai sifat yang seperti itu, pasti akan lebih berhati-hati dalam bertindak.
Makna leksikal dan makna gramatikal
Ungkapan tersebut terdiri dari 3 kata yaitu alon-alon, waton, dan kelakon. Kata-kata itu membentuk menjadi sebuah rangkaian.

a.       Alon-alon
Kata alon-alon sendiri mempunyai maksud pelan-pelan. Pelan-pelan dalam mengerjakan sesuatu agar lebih teliti.
b.      Waton
Waton artinya asal.
c.       Kelakon
Kelakon artinya terlaksana, semua pekerjaan harus terlaksana dengan baik.
Analisis Pesan Budaya
Pesan budaya yang terdapat dalam ungkapan alon-alon waton kelakon mengandung nilai bahwa salah satu sikap hidup orang Jawa yang tidak ingin gagal dalam meraih apa yang diinginkan. Kata alon-alon di dalamnya sebenarnya tersirat makna cara. Jadi, alon-alon hanyalah cara bagaimana seseorang akan mencapai tujuan karena yang penting adalah kriteria yaitu waton kelakon (harus terlaksana) daripada kebat kliwat (tergesa-gesa tetapi gagal).

3.      Mangan ora mangan sing penting ngumpul
Mangan ora mangan sing penting ngumpul ‘Makan tidak makan yang penting kumpul’.
Jenis makna yang terdapat dalam ungkapan ini yaitu makna konotasi dan denotasi. Mangan ora mangan sing penting kumpul tidaklah hal yang benar. Apabila orang hanya berkumpul tanpa makan pasti akan kehabisan tenaga dan bisa sakit ataupun meninggal. Tapi filosofi ini adalah sebuah peribahasa. Kalimat peribahasa tidaklah tepat kalau diartikan secara aktual. Filosofi ini sangat penting bagi kehidupan berdemokrasi. Kalau bangsa kita mendasarkan demokrasi dengan falsafah diatas saya yakin negara kita pasti akan aman, tentram dan sejahtera. ‘Mangan ora mangan’ melambangkan eforia demokrasi, yang mungkin satu pihak mendapatkan sesuatu (kekuasaan) dan yang lain pihak tidak. Yang tidak dapat apa-apa tetap legowo. ‘Sing penting ngumpul’ melambangkan berpegang teguh pada persatuan, yang artinya bersatu untuk tujuan bersama.

Analisis Pesan Budaya
Mangan ora mangan sing penting kumpul’ adalah filosofi yang cocok yang bisa mendasari kehidupan demokrasi bangsa Indonesia agar tujuan bangsa ini tercapai. Agar bisa menjadi bangsa yang kokoh, rukun, tentram dan sejahtera. Satu hati, satu pemikiran untuk membangun bangsa yang lebih baik, bangsa yang maju. Seperti ungkapan sakit satu maka sakit semuanya.
4.      sepi ing pamrih rame ing gawe.
Bermakna dalam melakukan pekerjaan apa pun sebaiknya bekerja sungguh-sungguh dan iklas tanpa memikirkan imbalanya. Bekerjalah jangan banyak menuntut imbalan.
5.      Nabok nyilih tangan
Secara umum bermakna seseorang ingin memfitnah atau menyakiti orang lain namun tidak berani secara langsung melainkan lewat orang lain. Sikap-sikap ini tentu saja tidak baik karena orang yang diibaratkan seperti itu adalah orang yang tidak satria dan tidak bertanggung jawab. Tetapi apa pun alasannya perbuatan yang diumpamakan seperti nabok nyilih tangan adalah perbuatan tidak baik. Begitu juga dengan ungkapan-ungkapan lain yang mengandung perumpamaan yang mencerminkan sikap buruk dan tidak perlu dikembangkan dan diterapkan.
6.      opor bebek awake dhewek
artinya bahwa seseorang yang memetik kesuksesan karena tekad yang kuat dalam dirinya sendiri untuk belajar, berusaha dan melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh untuk sebuah kesuksesan. Ungkapan-ungkapan di atas adalah kearifan lokal yang perlu terus dihayati agar masyarakat tetap memiliki tekad yang kuat dan semangat dalam meraih cita-cita dalam hidup dan kehidupan ini.



PENUTUP
Kesimpulan

Ungkapan dan peribahasa Jawa baik yang berbentuk bebasan, parikan, paribasan, sanepa, saloka merupakan ungkapan yang menggambarkan keadaan manusia. Keadaan tersebut dapat berupa ajaran kehidupan manusia, fakta realaitas yang tidak biasa terjadi, sindiran, sarkasme, dan suatu kenyataan yang paradok. Keseluruhan itu disampaikan melalui sarana bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan.  Bahasa tersebut kemudian perlu dimaknai agar mampu dimengerti dan difamahami maksud dan isinya.
Ungkapan jawa yang berisi makna dalam makalah ini Narima ing Pandum, Alon-alon waton klakon, Mangan ora mangan sing penting ngumpul, sepi ing pamrih rame ing gawe, Nabok nyilih tangan, opor bebek awake dhewek.




DAFTAR PUSTAKA

Poerwadarminta, WJS. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters’ Uitgevers-Maatschappij N.V.
Rachmatullah, Asep. 2009. Falsafah Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Logung Pustaka
Sudaryanto. 2001. Kamus Pepak Basa Jawa. Yogyakarta: Badan Pekerja Kongres Bahasa Jawa Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Setiawan, Ade Cahyanto. 2011. Analisis Sikap Pasrah dalam Ungkapan Bahasa Jawa Melalui Kajian Semantik. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. http://ade cahyanto.blogspot.com/2011/analisis-sikap-pasrah-dalam   -ungkapan-bahasa-jawa-melalui-kajian-semantik.html (diakses 06/12/14).







CONTOH RPP (TEKS BERITA)

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Sekolah                       : SMP....
Mata Pelajaran            : Bahasa Jawa
Kelas/Semester            : VIII/1
Materi Pokok              : Teks Berita
Alokasi Waktu            : 3 X pertemuan (6 jp)

A.    Kompetensi Inti (KI)
1.      Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2.      Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya.
3.      Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait dengan fenomena dan kejadian nyata.
4.      Mencoba, mengolah dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B.     Kompetensi Dasar dan Indikator
1.1         Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Jawa sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa,  sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulis.
1.1.1        Terbiasa berdoa kepada Tuhan Maha Esa sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran teks berita.
1.1.2        Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Jawa sebagai sarana menyajikan teks berita.
2.1         Menunjukkan sikap  menghargai berperilaku jujur, disiplin,dan tanggung jawab dalm menyampaikan informasi atau tanggapan berbagai hal / keperluan sesuai dengan tata krama Jawa.
2.1.1        Terbiasa membantu teman sejawat dalam memecahkan masalah.
2.1.2        Terbiasa memberi pendapat dalam bahasan pemecahan masalah
2.1.3        Terbiasa menggunakan kata-kata yang tidak menyinggung perasaan orang lain.
2.1.4        Mengikuti kegiatan diskusi dengan disiplin
2.1.5        Terbiasa bersikap jujur dalam berkarya
3.3         Memahami isi teks wacana berita
3.3.1        Mampu memahami teks wacana berita aktual
3.3.2        Mampu menjawab pertanyaan terkait isi teks wacana berita aktual dengan memperhatikan unsur 5 W + 1 H
3.3.3        Mampu menyebutkan pokok-pokok teks wacana berita aktual.
3.3.4        Mampu mengembangkan pokok-pokok tersebut.
4.3       Menulis dan membacakan teks berita
4.3.1        Mampu menulis teks berita dengan ejaan yang benar.
4.3.2        Mampu membaca teks wacana berita dengan intonasi yang benar.
4.3.3        Mampu membaca teks wacana berita dengan lafal yang benar.

C.    Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1
Selama dan setelah mengikuti  kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat :
1.      Menunjukan sikap mensyukuri anugerah Tuhan Yang Maha Esa akan keberadaan bahasa Jawa.
2.      Berbahasa Jawa di kelas saat pelajaran bahasa Jawa maupun di luar kelas dengan baik.
3.      Mencatat kata-kata sulit dalam teks dengaran berita.
4.      Berdiskusi dan  mengartikan kata-kata sulit dalam teks dengaran berita.  
5.      Menanggapi pendapat teman tentang  teks berita yang telah didengar  dengan santun.
6.      Menjawab pertanyaan dari berita tersebut dalam ragam krama.
7.      Membuat pokok-pokok dari teks dengaran berita .

Pertemuan 2
1.      Menulis teks berita dengan lengkap menggunakan unsur-unsur 5W + 1H.
2.      Membaca teks berita yang telah dibuat siswa satu per satu dengan lafal dan intonasi yang benar.
Pertemuan 3
1.      Meneruskan membaca teks berita yang telah dibuat siswa satu per satu.

D.    Materi Pembelajaran
Teks dengaran wacana berita 1

KABUDAYAN BALI DIUSULAKE UNESCO

Menteri Kebudayaan lan Pariwisata Jero Wacik, Minggu (12/6) ngandharake, situs kabudayan Bali cacah telu wis diusulake menyang UNESCO amrih diakoni minangka warisaning donya. Situs kabudayan sing diusulake mau yakuwi pertanian terasering ing Jatiluwih, Tabanan; Pura Taman Ayun ing Mengwi lan situs Daerah Aliran Sungai Pakerisan ing Gianyar. Manut Jero, tetelune diusulake merga kejaba ngandhut kabudayan kang pinunjul uga karana kaendahane. Situs terasering Jatiluwih upamane. Terasering iki entuk apresiasine pamarentah jalaran masyarakate tansah ngregani sarta ngrumati marang alam lan lingkungane.
Wujud pakurmatan marang alam mau kanthi cara nulak sakehing rabuk kimia lan insektisida. Masyarakat tani kang manggon ana lengkehing Gunung Batukaru mau isih ngukuhi cara-cara tradhisional jroning nggarap lemah sarta nenandur. miturut Wacik, yen tetelune diakoni dening UNESCO Indonesia bakal melu beja. Sebab yen ana karusakane situs kasebut, UNESCO bakal sabiyantu ndandani. Iki kaya sing dialami dening Candhi Borobudhur lan Candhi Prambanan kang luwih dhisik diakoni minangka warisan donya dening UNESCO.
Kapetik saka Panjebar Semangat

            Kata-kata yang dianggap sulit
1.      Amrih                   : supaya
2.      Ngandhut             : mengandung
3.      Pinunjul               : diutamakan
4.      Lengkehing          : kaki
5.      Ngukuhi               : masih menggunakan/melakukan
6.      Beja                      : beruntung

Teks wacana berita 2

WISATAWAN ASING DIENG MROSOT

Sawise statuse Kawah Timbang ing pegunungan Dieng, Wonosobo diunggahake dadi “siaga”, Kemis (2/6), cacahing wisatawan manca sing kulina plesir menyang obyek wisata kono dadi anjlog kari 50 persen. Bupati Wonosobo, Abdul Kholiq Arif ngandharake, umume saben sasi wisatawan asing kang munggah menyang Dieng ana 30-45 trip. Nanging saploke dikabarakemuncul asep ngandhut racun saka Kawah Timbang, gunggunge wisatawan mrosot separo. Miturut Kholiq, obyek wisata Dieng sing arupa candhi lan sesawangan alam disenengi dening turis Landa lan Jepang. Obyek-obyek wisata iku manggon ana rong wilayah kabupaten, yaiku Wonosobo lan Banjarnegara.
Kholiq nambahake, sejatine kawasan obyek wisata Dieng isih aman kanggo ditekani jalaran jarake saka kawah ora kurang saka 15 kilometer. Mula dheweke bakal mbiwarakake marang biro-biro perjalanan wisata menawa kawasan wisata Dieng isih aman. Kepala Dinas Kebudayaan lan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara Suyatno nambahi, wisatawan ing kulina plesir menyang Candhi Arjuna malah anjlog nganti 90 persen. Sok mengkono, ujare Suyatno, Pamarentah Kabupaten Banjarnegara ora arep murungake Fesyival Budaya Dieng kang manut rancangan bakal kagelar tanggal 1-3 Juli mengko
Kapetik saka Panjebar Semangat.


E.     Metode Pembelajaran
Model              : Numbered Head Together
Pendekatan     : scientific, kontekstual
Metode            : tanya jawab, diskusi, intregatif, tematik
Teknik             : bermain peran, inquiry, dengar tanya, simak catat


F.     Media dan alat Pembelajaran
Ø  Rekaman audio visual teks berita “Kabudayaan Bali Diusulake UNESCO”
Ø  Teks berita “Wisatawan Asing Dieng Mrosot”
Ø  Laptop
Ø  LCD
Ø  Speaker

G.    Sumber Pembelajaran
Ø  Panjebar Semangat

H.    Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran.

Pertemuan 1
RINCIAN KEGIATAN
ALOKASI WAKTU
Pendahuluan
·         Siswa menjawab salam guru, berdo’a dan mengondisikan diri siap belajar
·         Guru memeriksa kehadiran peserta didik.
·         Sebagai bentuk apersepsi dan motivasi, peserta didik ditanya tentang pengalaman mendengarkan dan membaca teks berita aktual.
Contoh : “Sapa sing maumbengi nonton berita?”
“Kira-kira berita sing lagi ngetren saiki apa? Sapa sing bisa njawab?”
·         Peserta didik menyimak tujuan  pembelajaran yang disampaikan guru.
·         Peserta didik diarahkan oleh guru untuk membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari 4 siswa.
20 menit
Kegiatan Inti
(Mengamati)
·         Peserta didik menyiapkan alat tulis dan mendengarkan perintah dari guru.
·         Peserta didik mendengarkan wacana berita “Kabudayaan Bali Diusulake UNESCO” menggunakan media audio visual.
·         Peserta didik memperhatikan dengan cermat, ekspresi dan cara berbicara (lafal, mimik wajah, intonasi) dan mencatat kata-kata yang dianggap sulit dalam wacana berita  “Kabudayaan Bali Diusulake UNESCO”
·         Peserta didik mencatat hasil penemuannya dalam teks wacana berita yang telah didengarnya.
(Menanya)
·         Peserta didik dengan guru atau teman sekelompok atau teman dari lain  kelompok bertanya jawab tentang arti kata-kata sulit yang terdapat di teks dengaran berita.
·         Peserta didik menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan teks wacana berita.
(Mengumpulkan Informasi)
·         Peserta didik berdiskusi dengan kelompoknya tentang isi berita yang telah didengar
(Mengasosiasi)
·         Peserta didik menyusun pokok-pokok cerita yang telah didengar.
·         Peserta didik berserta kelompoknya membuat ringkasan dari pokok-pokok berita yang telah disusun dengan ragam krama.
(Mengkomunikasikan)
·         Setiap anak dalam satu kelompok diberi kesempatan menyampaikan hasil diskusi di depan kelompok lain,
·         Kelompok lain meresponnya dengan cara bertanya, memberikan komentar/kritik/saran.
·         Guru memberikan tanggapan/kritikan/evaluasi/apresiasi dari presentasi kelompok.

60 menit
Penutup
·         Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran.
·         Guru bersama peserta didik mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat memahami teks berita yang telah didengar.
Contoh : “Piye wulangan mau ana sing arep ditakokake apa ora? Apa wis mudeng kabeh?”
·         Guru memberikan informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran.
“minggu sesuk latian nggawe berita, sing durung nate nonton berita, mengko bali nyoba ditonton aja mung nontoni sinetron wae.”  
·         Siswa menyimak informasi yang diberikan guru.
·         Guru mengucapkan salam sebagai akhir pembelajaran saat itu.
10 menit

            Pertemuan 2
RINCIAN KEGIATAN
ALOKASI WAKTU
Pendahuluan
·         Siswa menjawab salam guru, berdo’a dan mengondisikan diri siap belajar
·         Memeriksa kehadiran peserta didik.
·         Sebagai bentuk apersepsi dan untuk mengingatkan, peserta didik ditanya berkaitan dengan materi yang telah dikuasai pada saat minggu kemarin.
·         Guru memberikan informasi tentang pembelajaran yang akan dilakukan.
15 menit
Kegiatan Inti
(Mengamati)
·         Salah satu peserta didik yang suaranya lantang ditunjuk guru untuk membacakan teks wacana berita “Wisatawan Asing Dieng Mrosot” dan peserta didik yang lain mendengarkan dengan seksama.
(Menanya)
·         Peserta didik bertanya jawab dengan guru bagaimana cara menulis dan membacakan berita dengan benar.
(Mengumpulkan Informasi)
·         Peserta didik mencatat hasil tanya jawab yang telah dilakukan.
·         Peserta didik dipersilahkan berfikir guna mencari berita yang sedang terjadi. 
 (Mengasosiasikan)
·         Peserta didik berlatih membuat pokok-pokok/kerangka berita yang telah dipikirkan.
·         Peserta didik berlatih mengembangkan pokok-pokok tersebut menjadi sebuah berita yang utuh.
(Mengkomunikasikan)
·         Peserta didik berlatih menulis berita
·         Peserta didik satu per satu membacakan hasil yang telah dibuat didepan teman-teman dengan benar.
·         Setelah peserta didik membacakan teks berita, guru langsung memberikan komentar/kritik/saran/apresiasi dari hasil peserta didik.
70 menit
Penutup
·         Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran.
·         Siswa melakukan refleksi terkait pembelajaran yang telah berlangsung.
·         Guru memberikan informasi kepada peserta didik yang belum maju membacakan teks beritanya untuk maju di minggu berikutnya.
15 menit

            Pertemuan 3
RINCIAN KEGIATAN
ALOKASI WAKTU
Pendahuluan
·         Siswa menjawab salam guru, berdo’a dan mengondisikan diri siap belajar
·         Guru memeriksa kehadiran peserta didik.
·         Guru mengondisikan peserta didik yang belum membacakan teks berita yang telah dibuat untuk siap maju membacakannya.
10 menit
Kegiatan Inti
·         Peserta didik melanjutkan membaca teks berita satu per satu di depan guru dan teman-temannya dengan benar
70 menit
Penutup
·         Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran.
·         Guru memberikan informasi kepada peserta didik untuk terus berlatih sendiri dirumah agar lebih memahami, dapat menulis dan membaca berita dengan lebih baik.
10 menit

I.       Penilaian
1.      Sikap Spiritual
a.       Jenis/Teknik Penilaian  : Nontes/Observasi
b.      Bentuk Instrumen         : Lembar Observasi
c.       Kisi-kisi                        :


No.
Sikap/nilai
Butir Instrumen
1.



2.
Terbiasa berdoa kepada Tuhan Maha Esa sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran teks berita.
Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Jawa sebagai sarana menyajikan teks berita.
o   Terbiasa berdoa




o   Terbiasa bersyukur




           



                
            Instrumen Penilaian Sikap Spiritual
            Nama               : _______________
            Kelas               : _______________
Sikap/nilai
Skor
1
2
3
4
1.    Berdoa sebelum dan sesudah mempelajari teks berita.
2.    Mengucapkan rasa syukur setelah mengerjakan tugas teks berita.





       


                                                                               

                Keterangan:
1.         tidak pernah                     3. sering
2.    kadang-kadang                 4. selalu

2.         Penilaian Sikap Sosial
1.    Teknik Penilaian          : Pengamatan
2.    Bentuk Instrumen       : Lembar Observasi
3.    Kisi-kisi                       :

A.    Penilaian sikap sosial untuk diskusi
No.
Nilai
Deskripsi
No. Butir
1
Menghargai orang lain
Menghargai  pendapat orang lain
1
2
Jujur
Mengekspresikan gagasan dengan jujur
2
3
Disiplin
Mengikuti kegiatan diskusi dengan disiplin
3
4
Kesantunan
Menyampaikan pendapat dengan bahasa Jawa yang santun
4


B.     Penilaian sikap sosial dalam kegiatan menanggapi hasil karya teman dn berkarya
      Objek : teks berita
No.
Nilai
Deskriptor
No. Butir
        1.             
Jujur
Menunjukkan sikap jujur dalam menanggapi karya teman
1
Menunjukkan sikap jujur dalam berkarya
2
        2.             
Santun
Bersikap santun dalam menanggapi karya teman
3
Bersikap santun dalam berkarya
4


     Lembar Pengamatan Sikap Sosial untuk Kegiatan Menanggapi Karya dan Berkarya

      Nama                     : ______________________________
      Kelas                     : ______________________________

      Petunjuk:
      Berilah tanda silang (X) sesuai dengan kondisi peserta didik. (Diisi oleh guru)

No.
Pernyataan
Pilihan
Ya
Tidak
   1.             
Menghargai orang lain dalam menanggapi karya teman


   2.             
Menghargai orang lain dalam berkarya


   3.             
Bersikap disiplin dalam menanggapi karya teman


   4.             
Bersikap disiplin dalam mengungkapkan isi berita.



      Pedoman Penskoran:
      Pilihan “Ya” diberi skor 1, sedangkan pilihan “Tidak” diberi skor 0. Karena soal
      berjumlah 4 butir, maka jumlah skor berkisar antara 0 sampai 4.






      LEMBAR PENGAMATAN SIKAP
No
Nama
Toleransi
Jujur
Disiplin
Santun
Ket
1.

V
v
v
V
4
2.






Dst.











3.      Pengetahuan
              a.     Teknik Penilaian                      : Tes Objektif
              b.      Bentuk Instrumen                  : Tes isian singkat
              c.      Kisi-kisi                                  :
No.
Indikator
No. Butir

  1.  
Mengidentifikasi isi teks dengaran berita.
1-6

  1.  
Menjelaskan kembali isi teks dengaran berita.
1


      Instrumen Penilaian Pengetahuan (K3)

      Nama         : ______________________________
      Kelas         : ______________________________

      Soal :
A.    wangsulana ceceg-ceceg wonten ing ngandhap menika kanthi trep!
1.      Pawarta ingkang sampun dipunwaos wonten nginggil nggadahi tema menapa?
........................................................................................................................................
2.      Wonten sinten Kabudayan Bali dipunusulaken?
…………………………………………………………………………………………
3.      Sinten pejabat ingkang ngusulake Kabudayan Bali menyang UNESCO?
Menteri Kebudayaan lan Pariwisata Jero Wacik …………………………………………………………………………………………
4.      Menapa kemawon Kabudayan Bali ingkang dipunusulaken menyang UNESCO?
…………………………………………………………………………………………
5.      Menapa ingkang dados jalaran Kabudayan Bali menika dipunusulaken?
…………………………………………………………………………………………
6.      Pinten cacahe ingkang dipunusulaken menyang UNESCO?
…………………………………………………………………………………………
7.      Kenging menapa Menteri Kebudayaan lan Pariwisata ngusulaken Kabudayan Bali menyang UNESCO?
........................................................................................................................................
8.      Pawarta ingkang sampun dipunmirengaken, Kabudayan menapa mawon ingkang sampun dipunusulaken menyang UNESCO?
…………………………………………………………………………………………
B.     Cobi cariyosaken malih wosipun teks pawarta ingkang sampun dipunmirangaken sami-sami!
Wangsulan : ______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

      Wangsulan soal A
1.         Kabudayan
2.         UNESCO
3.         Menteri Kebudayaan lan Pariwisata Jero Wacik
4.         Pertanian terasering ing Jatiluwih, Tabanan; Pura Taman Ayun ing Mengwi lan situs Daerah Aliran Sungai Pakerisan ing Gianyar
5.         Ngandhut kabudayan kang pinunjul uga karana kaendahane
6.         Telung cacah
7.         Masyarakat tani kang manggon ana lengkehing Gunung Batukaru mau isih ngukuhi cara-cara tradhisional jroning nggarap lemah sarta nenandur
8.         Candhi Borobudhur lan Candhi Prambanan



      Pedoman Penskoran:
Setiap jawaban benar diberi skor 5, sedangkan jawaban salah diberi skor 0. Karena soal  berjumlah 8 butir, maka jumlah skor berkisar antara 0 sampai 40.
Untuk soal B skor 60 (menjawab isi pawarta yang berhubungan dengan 5W + 1 H) jadi total skor maksimal 100

4.      Keterampilan
a.    Teknik Penilaian           : Tes praktik
b.    Bentuk Instrumen         : Tes uji petik kerja dan produk
No.
Indikator
No. Butir
        1.             
Menuliskan pokok-pokok isi berita.
1
c.    Kisi-kisi                        :



      Instrumen Penilaian Keterampilan (K4)

      Nama         : ______________________________
      Kelas         : ______________________________
     
Soal:

1.         Tulisen teks pawarta kang wis kok golet!
No.
Aspek yang dinilai

Kriteria

No urut siswa

Total skor

1

2

3

4

1
Ketepatan penulisan pokok-pokok isi berita

 

 

 

 

 

 

2
Pilihan kata

 

 

 

 

 

 

3
Bisa menjawab 5 W + 1 H

 

 

 

 

 

 


      Keterangan:
1.         Sangat Baik                                      3.  Cukup
2.         Baik                                                  4.  Kurang
Model Pembelajaran
Model Numbered Head Together untuk materi memahami teks berita
Agar siswa bisa lebih siap semua, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang lebih cermat dalam mendengarkan berita dapat mengajari siswa yang kurang cermat
  • Kelebihan :
Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, memberi pendapat, mengkritik, dan dapat berdiskusi dengan sungguh-sungguh dengan kelompoknya.
  • Kelemahan :
Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. 
Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.
Ada siswa yang tidak dipanggil karena keterbatasan soal atau waktu

Langkah-langkah :
  1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok beranggotakan 3 siswa kemudian mendapat nomor.
  2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
  3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
  4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
  5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
  6. Kesimpulan

Tugas yang diberikan guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan teks dengaran, bisa pertanyaan yang mengandung unsur 5W+1H, menentukan topik/tema berita tersebut, menyebutkan pokok-pokok berita, menyimpulkan isi berita.